Mohon tunggu...
Penerbit Imtiyaz
Penerbit Imtiyaz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya akan post tulisan tulisan Saya Kunjungi juga web Penerbit Imtiyaz http://www.penerbitimtiyaz.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seputar Peringatan Kemerdekaan RI, Rijal Mumazziq Z

17 Agustus 2020   21:43 Diperbarui: 17 Agustus 2020   22:02 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seputar Peringatan Kemerdekaan RI
@ rijal mumazziq z

Mengapa diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945?

Dalam biografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, Bung Karno menuturkan apabila dirinya percaya mistik dan hal-hal yang irasional. "Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan secara pertimbangan akal mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku.... 

Hari Jumat ini Jumat Legi. Jumat yang berbahagia. Jumat suci. Dan hari Jumat adalah tanggal 17. Al-Quran diturunkan tanggal 17. Orang Islam sembahyang 17 rakaat dalam sehari. Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan salat 17 rakaat, mengapa tidak 10 atau 20 saja? Ini karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," kata sang proklamator kepada Cindy Adams, dalam "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia".

Sejak kapan nasionalisme relijius terpupuk di kalangan ulama tanah air?

Perlawanan sudah berlangsung berabad-abad, namun semakin mengkristal pasca Perang Dunia I. Di antaranya melalui pengorganisiran ide kemerdekaan, keislaman, dan kebangsaan. Di era 1910-an, para ulama Indonesia memilih melekatkan istilah Wathan (tanah air) dalam organisasi maupun madrasah yang didirikan. KH. A. Wahab Chasbullah mendirikan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air), Far'ul Wathan (Elemen Tanah Air), dan Hidayatul Wathan. 

KH. Ahmad Dahlan menamakan gerak kepanduan Muhammadiyah dengan nama Hizbul Wathan, KH. Masjkoer (kelak menjadi Panglima Barisan Sabilillah di era revolusi fisik) merintis madrasah Misbahul Wathan (Pelita Tanah Air) di Malang, yang kemudian menjadi cabang dari Nahdlatul Wathan Surabaya yang didirikan oleh Kiai Wahab. Bahkan, perkenalan dengan Kiai Wahab dilakukan melalui mimpi (baca tulisan saya KH Wahab Chasbullah dan Perekrutan Kader)

Bersama KH. Abdullah Ubaid dan KH. Thohir Bakri, Kiai Wahab juga mengorganisir para pemuda pada era 1920-an dalam organisasi Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air), yang kelak menjadi GP Ansor.

Di era 1930-an, di berbagai Cabang Madrasah Nahdlatul Wathan (Malang, Jombang, Semarang, dan bebeapa kecamatan di Surabaya), Mars Syubbanul Wathan yang kita kenal sekarang dengan mars Ya-hlal Wathan, dikumandangkan seminggu sekali, diiringi dengan lagu Indonesia Raya secara sembunyi-sembunyi.

Kelak, kaderisasi yang dilakukan oleh Kiai Wahab dipanen pada saat revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan RI, karena para santri yang beliau bina di Nahdlatul Wathan banyak yang menjadi anggota Laskar Hizbullah, Barisan Sabilillah, hingga birokrat pasca pengakuan kedaulatan RI, 1950.

Di kemudian hari Tuan Guru Zainuddin Abdul Madjid, mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan pada 1 Maret 1953 yang punya basis kuat di NTB. Termasuk KH. Hasbiyallah (Mertua Kiai Enha), sahabat KH. A. Wahid Hasyim, yang mendirikan Ponpes Al-Wathoniyah di Jakarta yang berkembang dengan varian cabangnya di berbagai daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun