Mohon tunggu...
Pendeta Sederhana
Pendeta Sederhana Mohon Tunggu... lainnya -

Sederhana itu adalah sikap hati. Hati adalah kita yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semua Agama Sama? Khotbah Minggu

28 Agustus 2016   07:26 Diperbarui: 28 Agustus 2016   08:18 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:nuansapelangi

 
Kebanyakan orang percaya bahwa agama yang dianutnya adalah yang terbaik. Pendapat ini tentu ada benarnya meski tidak sepenuhnya benar,  jika tidak, tentulah ia akan meninggalkan agamanya dan melirik agama lain yang lebih baik. Atau, bisa saja ia sebenarnya sudah tidak yakin sepenuhnya bahwa agamanyalah yang terbaik, namun dia tidak cukup berani, atau tidak siap untuk melangkah dikarenakan adanya banyak pertimbangan.

Ada juga yang beranggapan bahwa semua agama adalah sama. Hanya caranya saja yang berbeda, namun tujuannya sama. Itulah yang mereka pahami. Benarkah semua agama sama? Apa itu agama? Agama merupakan usaha manusia untuk mencapai Allah. Manusia memiliki kesadaran bahwa ada "kekuatan" yang lebih besar diluar dirinya sehinggga ia mencari jalan untuk sampai kepada kekuatan dimaksud itu.

Usaha ini umumnya didorong oleh " rasa takut". Pencapaian akan Allah dalam hal ini dapat diartikan bagaimana supaya berkenan, dilindungi, diberkati, dijauhkan dari malapetaka, hingga pada akhirnya kelak diberi tempat di "dunia yang akan datang". Kesadaran manusia akan hal ini telah mendorong lahirnya praktek atau ritual keagamaan yang dapat kita lihat sampai hari ini. Bagaimana orang melakukan berbagai bagai kebajikan, upacara keagamaan, hingga tindakan ekstrim dengan bertarak dan menyakiti diri demi tujuan mencapai Allah.

Jika kita mundur ke belakang, ada masa dimana manusia tidak segan- segan mengorbankan manusia lainnya, bahkan anak anaknya sebagai korban guna menyenangkan "allah" mereka, sekaligus membujuknya supaya tidak murka. Bahkan di masa kini, ada orang orang yang merasa perlu membela allah dengan membunuh dan menyakiti manusia lain yang dianggapnya menjadi musuh allahnya, dan menganggap tindakan itu sebagai tindakan mulia dan tanda bakti kepada allah dan layak dipahalai.

Lahirnya agama ini merupakan efek keterbatasan manusia menghampiri Allah, dimana ada jarak antara manusia dengan Allah yang perlu dijembatani. Agama pun kemudian lahir menjadi jembatan untuk itu, baik yang diawali oleh praktek maupun yang diklaim sebagai pewahyuan.

Bagaimana dengan Kekristenan?
Kekristenan bukanlah agama, jika anda mau mencapai Allah dengan beragama kristen maka dapat dipastikan bahwa anda tidak akan pernah sampai kepada Allah.

Kenapa bisa begitu?
Jika anda melakukannya dengan usaha anda melalui aturan, ritual keagamaan maka itu tidak akan pernah berhasil. Anda hanya akan sampai ke tingkat orang beragama. Kekristenan sama sekali bukanlah usaha manusia untuk mencapai Allah. Kekristenan adalah anugerah Allah untuk mencari manusia melalui Yesus Kristus untuk dibawa kembali kepada Bapa.

Jadi kekristenan adalah respon manusia atas anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Yohanes 1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Itulah bedanya kekristenan dengan agama. Di dalam kekristenan, bukan usaha manusia yang menjadi fokus tetapi respon manusia atas tawaran keselamatan dari Allah. Karena kekristenan merupakan inisiatif Allah, maka kekristenan bukanlah agama ritual, bukan pula agama syariat atau hukum. Jadi benar benar murni anugerah Allah agar manusia kembali kepada Bapa, sehingga yang diperlukan adalah respon atau tanggapan manusia, mau atau tidak.

Lalu bagaimana kekristenan meresponi tawaran itu?
Tawaran Allah bukanlah sesuatu yang abstrak, jika Ia menawarkan keselamatan itu berarti Ia juga telah menyediakan jalan untuk itu. Di dalam Yesus Kristus, dan Dia lah jalan itu.

Kita kan tidak melihat Yesus, bagaimana kita meresponinya? Dengan percaya dan menerima Dia.

Bagaimana kita bisa percaya, kita kan tidak melihatnya?
Dengan iman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun