Mohon tunggu...
Pendeta Sederhana
Pendeta Sederhana Mohon Tunggu... lainnya -

Sederhana itu adalah sikap hati. Hati adalah kita yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indahnya Kabar Baik

6 Mei 2016   08:35 Diperbarui: 6 Mei 2016   08:42 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanpa membagi-bagi selebaran, tanpa mendatangi rumah ke rumah, tanpa menyebar brosur  di jalanan, bahkan  tanpa perlu mengajak orang lain menerima Kristus, tanpa beriklan di media,  mereka sendiri akan datang mencari Kristus yang mereka lihat  di dalam kehidupan orang percaya.

Yang menjadi persoalan ialah, ketika orang-orang percaya tidak dapat memperlihatkan Kristus di dalam hidupnya tetapi gencar berbicara tentang Kristus  dengan bibirnya.

Dan kita menyaksikan dan mendengar bahwa ternyata ada juga orang memberitakan Injil dengan tujuan mencari keuntungan sebagaimana rasul  Paulus tuliskan di 2 Kor 12: 17, Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.

Bagaimana mungkin kabar baik itu bisa diterima oleh orang lain, jika mereka gagal melihat kemuliaan Injil itu di wajah dan kehidupan orang-orang yang memberitakannya? Sebab ternyata Injil itu merupakan barang dagangan si pemberita dan melaluinya ia mengharapakan dan meminta imbalan untuk berita yang disampaikannya.

Ada suatu hal yang tidak boleh dilupakan; ketika Injil diberitakan, orang percaya sebenarnya hanyalah sebagai perantara yang dipakai oleh Kristus, sebagaimana yang dikatakan oleh rasul Paulus: “Dengan perantaraan kami, Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.”

Dengan demikian, orang percaya yang memberitakan Injil, hendaklah memeriksa apakah dirinya membuat aroma harum Kristus tercium, atau justru mengurangi keharuman Injil dengan berbagai   bau yang masih melekat pada dirinya.

Sesuatu yang harum pasti disukai dimana-mana, demikianlah Injil yang adalah Kabar Baik itu, semestinya menjadi kesukaan bagi siapa saja yang mendengar. Injil tertutup hanyalah bagi mereka yang akan binasa. Karena penguasa dunia ini tidak rela, dan telah menutup pikiran orang-orang itu, dan menghalang-halangi mereka, supaya mereka tidak melihat kemuliaan Allah, yang nampak pada wajah Kristus yang adalah Injil itu.

Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa. ( 2 Kor 4:3)

Sebab bagi mereka, aroma keharuman Injil menjadi bau yang mematikan. Terang Injil itu akan menyingkap segala sesuatu yang mereka lakukan di dalam kegelapan. Karena Injil itu juga akan membinasakan pekerjaan-pekerjaan  yang  mereka lakukan, maka mereka  akan berusaha menutup setiap peluang untuk Injil dapat memasuki area yang menjadi zona nyaman, tempat  dimana mereka bisa bersembunyi.

Dengan demikian, tidak mengherankan bila di wilayah-wilayah tertentu Injil sangat ditentang, ditolak, dan dibenci. Mereka yang kedapatan menyebarkan Injil dianiaya dan dihukum mati. Hal ini boleh menjadi pertanda bahwa, tempat itu ada dalam cengkeram penguasa ilegal dunia ini yang bersembunyi di dalam hati dan pikiran orang–orang yang selalu gencar menyuarakan penolakan dan permusuhan terhadap Injil, yang datang menyapa dan menghampiri kehidupan mereka.

Akan tetapi, Injil bukanlah Injil bila Ia tidak berkuasa. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Sebagaimana dengan yakin Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Korintus; karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus. (2 Kor 4-5)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun