Â
Allah berfirman, "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan." (QS. Al-Araf: 31)
Ramadan bukan saja tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari nafsu duniawi, terutama nafsu konsumerisme yang tanpa kita sadari sering kali mengakar dalam diri. Di tengah gemerlap berseliweran lapak takjil dan iklan diskon lebaran, inilah saatnya kita membuktikan bahwa ramadan yang sejati, sehat dan hakiki adalah Ramadan yang hemat finansial.
Strategi Perang Melawan Boros
Bayangkan Ramadan sebagai medan perang, dan kita adalah para pejuang yang bertekad menaklukkan musuh bernama boros. Senjata kita adalah perencanaan anggaran yang matang, komitmen untuk memasak sendiri, dan keberanian untuk mengatakan 'tidak' pada godaan belanja impulsif.
Benteng anggaran. Buatlah anggaran belanja yang rinci, alokasikan dana hanya untuk kebutuhan pokok, dan menyisihkan sebagiannya untuk sedekah serta jangan lupakan menunaikan kewajiban zakat. Patuhi anggaran ini dengan disiplin, jangan biarkan godaan diskon meruntuhkan benteng pertahanan kita.
Dapur sebagai medan tempur. Masaklah sendiri makanan sahur dan berbuka. Selain lebih hemat, kita juga bisa mengontrol kualitas dan porsi makanan. Jadikan dapur sebagai medan tempur untuk melawan pemborosan makanan. Diusahakan agar tidak ada lagi makanan yang berakhir di tempat sampah dan jadi mubazir.
Taktik gerilya. Manfaatkan promo dan diskon dengan cerdas, bukan malah kalap. Belilah barang-barang yang benar memang dibutuhkan, dan kemudian membandingkan harga perlu juga sebelum memutuskan untuk membeli. Ingat, diskon ini bukan berarti gratis.
Lebaran Sederhana, Hati Kaya
Lebaran bukan tentang pakaian baru atau hidangan mewah, tetapi tentang kemenangan melawan hawa nafsu. Rayakan Lebaran dengan sederhana, berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan sesama. Ingatlah, kekayaan sejatinya bukanlah tentang materi, tetapi hati yang bersih dan jiwa yang merdeka.
Warisan Ramadan Hemat