Mohon tunggu...
Pencil Spirit
Pencil Spirit Mohon Tunggu... Ilmuwan - a Webmaster

sfsd

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Senja di Pantai Delegan

29 Mei 2014   09:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:00 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang mengenal senja sebagai sesuatu yang indah. Pekerja kantor yang telah bekerja sejak pagi ketika mendapati senja melalui jendela kantornya akan merasa lega. Senja adalah pertanda bahwa ia telah melewati kesibukan hari itu. Selepas senja ia akan mendapati malam yang syahdu.

Demikian pula usia lanjut diistilahkan sebagai usia senja, karena pada usia itu seseorang telah melewati masa muda yang penuh perjuangan, dan menikmati hasil jerih payahnya di masa tua. Pada usia senja seseorang akan melihat anak-anaknya telah tumbuh dewasa. Melihat itu semua, ia merasa lega, berhasil mendidik dan menjaga anak-anaknya.

Memang tidak semua apa yang berasosiasi dengan senja di atas dialami setiap orang. Pada dasarnya, senja itu indah, sebagaimana fajar yang merekah juga indah. Malam yang bertabur bintang pun indah, karena semua itu adalah ciptaan Sang Maha Indah, Sang Maha Pencipta. Saya menyadari itu dan mendapati keindahan senja di pantai Delegan, Gresik, Jawa Timur.

Minggu siang, 20 April 2014, kami berdua berangkat ke Lamongan, Jawa Timur. Syailendra mengajak saya untuk menikmati hari libur di tempat wisata yang terletak di sebuah pantai di sana. Karena berangkat terlalu siang serta tidak begitu hafal jalan, kami tersesat sehingga harus menempuh lebih dari empat jam perjalanan. Padahal normalnya, tempat wisata itu dapat ditempuh tiga jam perjalanan dari Surabaya.

Kami tiba di lokasi wisata setengah jam sebelum loket pembelian tiket tutup. Menikmati berbagai wahana wisata hanya dalam waktu setengah jam? Alamak. Saya menyarankan Syailendra agar berkunjung di lain waktu. Kami mencari referensi tempat wisata lain yang bisa dikunjungi, yang letaknya tidak jauh dari lokasi itu. Referensi dari kawan Syailendra yang tinggal di Gresik menjadi pertimbangan kami: sebuah wisata pantai berpasir putih bernama pantai Delegan.

Kami melajukan motor ke daerah Panceng, jaraknya dari kota Gresik sekitar 40 kilometer. Dari tempat wisata yang sebelumnya kami kunjungi tidak terlalu jauh. Jalan yang kami lalui bergelombang. Beberapa bagian cukup rusak, pecah atau berlubang. Maklum, kendaraan yang melintas di sepanjang jalan Pantai Utara itu adalah kendaraan-kendaraan berukuran besar.

Sampailah kami di daerah Panceng. Papan petunjuk bertulisan Pantai Delegan terpancang di sebelah kiri jalan (kalau dari arah Surabaya, di sebelah kanan jalan). Dari jalan raya itu, kami masih harus menempuh jalan yang lebih kecil. Kanan kiri kami rumah penduduk. Lalu bau pantai semerbak tercium hidung.

Kerja hidung manusia benar-benar ajaib. Bersama saraf yang terhubung di otak, hidung mengantarkan bau-bauan khas yang membangkitkan ingatan. “Bau pantai!!!” seru Syailendra. Saya mengiyakan.

Kami tiba di loket masuk pantai yang sudah tidak ada orangnya. Oh, bukan, ternyata loket itu memang tidak difungsikan. Seorang laki-laki memanggil kami dengan isyarat lambaian tangan. Laki-laki itu yang menjual tiket masuk. Kami sampai di sana sudah pukul lima kurang seperempat, dan kami diperingatkan bahwa pantai tertutup bagi pengunjung pada pukul lima sore. Alamak.

Harga tiket masuk per orang Rp5.000. Sudah termasuk harga parkir kendaraan. Kecuali untuk mobil saya tidak tahu, karena saya dan Syailendra naik motor. Kali pertama masuk ke kawasan pantai kami disambut dua bangunan gapura. Selepas itu, kami mendapati pasir putih pantai, meski tidak begitu bersih, tapi kesan saya terhadap pantai ini adalah pantai yang masih asli.

Beberapa pengunjung berjumlah sedikit tampak berkerumun di bibir pantai. Beberapa pengunjung yang sedang berada di atas perahu tradisional milik warga setempat tampak gembira. Dua perahu sedikit demi sedikit berlabuh di pantai. “Mau naik perahu?” Syailendra menganggukkan kepala. Ia bertanya kepada salah seorang pemilik perahu, berapa harga sewa keliling pantai naik perahu. “Wah, kami sudah tidak melayani penumpang, Mbak. Soalnya pantainya sudah mau tutup,” ujar pria itu. Alamak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun