Semua pedagang ikan di TPI bawa handphone artinya mereka ini tidak gaptek teknologi, handphone yang ada dijadikan sebagai media informasi dan komunikasi antara keluarga, bakulan, pembeli, dan pelanggan. Lewat handphone yang ada bisnisnya semakin lancar dan usaha semakin bertambah.
Bau ikan di TPI ya lumrah, bagi mereka yang setiap hari usahanya di TPI ya bau semacam ini dianggap hal biasa, malahan kalau tidak mencium bau ikan khawatir kena covid-19, kalau anda datang kok merasakan bau ikan berarti anda normal tidak terpapar covid-19.
Pedagang ikan menggunakan sepatu bot, dan sepatu karet karena lantainya selalu basah dari endapan ikan yang ada, maklum ikan dari kapal terkena es batu balokan, sehingga saat di taruh dan ditimbang akan menetes air es dingin.Â
Pedagang cukup mengepel pakai sapu lidi atau sapu dengan bahan karet untuk membersihkan warna darah ikan yang mengalir.Â
Transporter ikan selalu siap mengangkut ikan dari kapal menuju ke TPI, dimasukan dalam tempat yang ada, lalu di timbang sesuai berat yang ada, ada ikan kuniran, ada ikan untuk bahan baku bebek atau itik. Bahkan ada ikan mata besar dan aneka ikan lain seperti etong atau kakap dan sejenisnya.Â
Warga yang ingin beli ikan murah ya datang ke TPI, apakah warga yang dagang seafood, warteg ataupun untuk konsumsi sendiri, parkir sepeda motornya, kemudian mendatangi ke kios ikan yang ada di TPI, tawar menawar hal yang wajar dan bahasa yang digunakan adalah bahasa lokal atau tegalan, parkir motor bayar Rp 2rb.Â
Kesan jorok dan kumuh sama hygenis jelas kurang, makanya kalau sudah beli ikan di TPI, nanti harus di cuci dulu ikannya di rumah sebelum dimasak, ini untuk mengurangi bakteri atau penyakit dari ikan saat anda konsumsi.