Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Obat Resep Dokter Menjadi Gaya Hidup

6 Juni 2020   12:23 Diperbarui: 6 Juni 2020   12:30 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjamur bisnis apotek, bahkan sudah dilirik sebagai bisnis yang menguntungkan, wajar jika apotek untuk meramu obat atau menjual obat pabrikan sekarang bisa ditemui di desa yang menjadi ibukota kecamatan dan juga beberapa desa dekat dengan praktek fasilitas kesehatan, termasuk banyak orang tua sekarang anaknya disuruh ambil studi farmasi agar nanti bisa membuka bisnis ini atau bermitra dengan dokter praktek.

Sakit dikit, warga suruh minum obat generik atau obat warung, zaman sudah berubah, gaya hidup manusia juga berubah, resep dkkok

Wajar jika bisnis pabrik yang jual obat-obatan medis juga sangat untung bahkan mulai menjamur karena rakyat kita ini benar-benar mainset gaya hidupnya obat pabrikan, bukan herbal.

Apotek hidup era 80-90 an menjadi program andalan dari Tim Penggerak PKK kab/kota wajar jika disetiap desa banyak koleksi tumbuhan obat untuk herbal, warga banyak mengenal tumbuhan tersebut dan paham dengan khasiatnya, tapi seiring perkembangan zaman, anak-anak sekarang kurang diberikan edukasi tentang tanaman tersebut,

Akhirnya yang terjadi anak bertanya, saat orang tuanya menggambil tumbuhan obat dianggap aneh, dan anak tidak bisa mencicipinya, akhirnya memilih untuk minum obat warung atau obat generik, bisa sirup atau kapsul.

Sakit kita batuk zaman kecil, orang tua ambil bunga dari blimbing wuluh lalu digodog warna jadi merah, lalu di minumkan ke anak, ternyata manjur herbal obatnya, sekarang ingin instan, batuk ya beli obat di apotek atau di warung., bahkan obat kapsul sekelas flu dan batuk, dan ragamnya menjadi terkenal dan diketahui oleh zaman Genzet.

Apotek menjadi laris manis, bahkan ketika apotek tersebut melayani dengan ceoat dan mudah memberikan ramuan obat tertentu, alu dari mulut ke mulut cocok obat yang diberikan, akhirnya tidak melalui resep dokter, tinggal datang ke apotek yang dimaksud, muncul kemudian dianggap ini, itu dan sebagainya.

Saat muncul program BPJS sebagai jaminan kesehatan bagi mereka yang punya kartu tersebut, semua resep medis dari nakes ya beli obatnya di apotek, dan harus diminum sesuai takaran yang ada, di dalam obat yang diminum pastinya ada penjelasan indikasi obat atau efek samping dari obat tersebut, namun karena itu bagian dari ikhtiar dan ilmu yang dimiliki para dokter akhirnya semua obat pun menjadi laris manis.

Dokter pun tahu dan selalu update terkait obat medis, termasuk rutinnya para sales obat pabrikan datang ke apotek dan klinik pengobatan sehingga mereka pun akan mengidentifikasi obat yang wajib ada dan penyakit apa yang sering diderita oleh warga, maka stok mana yang banyak dan sedilit pun mereka paham.

Rejeki tidak akan kemana-mana antara apotek satu dengan apotek lainnya, kalau sudah larus manis, apapun akan dicari apotek tersebut, dan jika harga sangat jauh selisihnya maka hanya butuh waktu beberapa hari saj orang akan paham mana apotek yang mahal dan apotuk yang murah. 

Mestinya ini menjadi pembelajaran bagi para pelaku usaha atau para pemilik apotek dan apoteker dalam menjual obat yang jenisnya sama tapi beda harganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun