Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Covid-19: Sudah Order, Acara Batal, Siapa yang Merugi?

26 Maret 2020   09:52 Diperbarui: 26 Maret 2020   10:00 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Corona ( dok kompas.com)

Pernak-pernik Corona memang berdampak sekali bagi dunia catering, termasuk pemilik alat manten dan musik. Semua terhenti dengan pandemi corona, jika berani menyelenggarakan, maka efeknya lebih parah lagi, sudah rugi lagi, tuan rumah rugi, pemilik orgen dan catering juga rugi, tamu juga tidak ada yang berani berangkat, khawatir nanti penularan virus, suka berada di rumah, sambil nonton televisi atau menulis artikel kompasiana. 

Bulan April ini, hampir semua pondok pesantren menjadwalkan kegiatan akhirussanah, kegiatan Khataman Alqur'an dan kegiatan lainnya sebagai pungkasan atau agenda akhir kegiatan, karena sebelum puasa mereka akan diliburkan dan kembali ke kampung halamannya, dan ada agenda yang rutinitas satu bulan sebelum bulan puasa. Wajar jika pada pemilik entertain itu sudah memprediksi bahwa alatnya nanti akan disewa karena langganan tiap tahun, dan saat bulan sawal maka akan ada kegiatan sawalan atau biasanya ada acara Halal Bi Halal.

Bahkan, di Kampung Sidapurna dan Sidakaton pun setelah lebaran persis sebagaian warga melakukan resepsi pernikahan dirumahnya pada bulan sawal, karena menjadi adat istiadat bagi mereka, akan muncul beberapa ruas jalan yang menuju hajatan ditutup, warga sekitarnya mungkin dianggap hal yang biasa, namun bagi pendatang atau bukan warga sekitarnya maka akan bingung, harus mencari jalan lain agar tidak terhindar dari jalan yang ditutup tersebut. 

Panitia Akhirussanah Pondok Pesantren juga pusing tujuh keliling, karena persiapan untuk kegiatan seperti ini membutuhkan waktu 3 bulan sebelum acara, dari mulai menyiapkan dekorasi, mendatangi kyai yang mau mengisi acara, dan memesan 3 ekor sapi, belum lagi pernak pernik lainnya seperti undangan dan sebagainya. 

Namun ternyata fakta terbaru merubah semuanya, agenda dibatalkan dengan tidak menyebutkan sampai kapan, Pemilik alat gerabah harus melongo tanpa dosa, Pemilik alat musik pun dibuatnya bingung, karena alat-alatnya yang sudah pesan lalu batal semua, belum lagi para juru masak pun akhirnya hanya berdoa saja dan berdiam dirumah, semua janji yang sudah dicontreng tanggal kegiatannya pun batal demi corona. 

Corona membikin agenda di pondok pesantren terganggu, kalau pun dipaksakana, nanti pihak aparat kepolisian dan keamanan lainnya tidak mengijinkan, jalan bisa ditutup, mau lewat ke mana jika sudah pihak keamanan negara ini sudah bertindak atas nama Perintah Atasan, dimana tidak boleh menyelenggarakan kegiatan atau mendatangkan keramaian. 

Polemik yang lagi paling luar biasa adalah pelaksanaan sholat jumat di masjid, oleh MUI harus diganti sholat duhur, karena efek penyebaran virus corona sangat berbahaya, belum lagi jika sudah statusnya Kabupaten/Kota Zona Merah, maka akan sepi sendirinya, warga dengan terpaksa harus berada dirumah dan tidak berani keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun