Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Netizen Brebes Memaknai Seringnya Banjir di Beberapa Wilayah

17 Februari 2020   07:43 Diperbarui: 17 Februari 2020   07:46 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Losari Kidul Pekauman 17/02/2020 ( Foto Doc Anto Santoso Losari)

Banjir bagi sejumlah masyarakat  yang merasa bersyukur adalah berkah, artinya air yang diberikan memberikan manfaat untuk kehidupan bagi makhluk yang ada dibumi dan bisa dimanfaatkan untuk orang lain, semua obat pestisida yang disemprotkan ke dalam tanah, residune langsung pindah mengikuti air yang mengalir.

Jika air hujan dimanfaatkan dengan baik maka bisa mensejahteraan umat di bumi, namun jika air hujan mengalir dengan intensitas tinggi, kemudian beberapa tanggul air tidak kuat, maka akan memunculkan bencana lokal, yakni bencana banjir, maka akan muncul kerusakan dimana-mana akibat derasan air yang cukup besar, semakin besar maka akan semakin meluas dampak yang terkena musibah. 

Beberapa nitizen di group Facebook Celoteh Brebes Membangun, status admin tertulis " Faktor apa saja yg paling dominan Banjir di beberapa titik di wilayah Kab. Brebes mnrt saudara ? " begitu tertulis status publishnya, hanya beberapa menit kemudian ratusan member memberikan umpak balik, seperti apa sih umpan baliknya, mari kita simak. 

Pertama nitizen menyampaikan tentang drainase : drainase yang semrawud (tidak ditata dengan baik), Saluran banyu ne wagu (drainase jelek) atau kurang berfungsi, kedua, faktor hujan yang lebat, disamping itu sungai  dangkal dan kurang lebar, Ketiga, Tata ruang Jelek, mungkin sudah direncanakan dengan baik, tapi implementasi di lapangan kurang sempurna, ditambah kebiasaan masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan dimana dia tinggal, kalo ada masalah larinya ke pemerintah modelnya Nggersula, sambat, mencibir, perlu kesadaran semua pihak tentunya. 

Keempat letak geografis kabupaten brebes wilayah utara yang mungkin dulunya adalah tempat limpahan air berubah menjadi pemukiman. Sedimentasi sungai dan drainase. Mestinya ketika musim kemarau semua sungai dan drainase dikeruk, kelima adalah penggundulan dan alih fungsi Hutan mengakibatkan sungai-sungai menjadi dangkal, sisi yang lain sampah dibuang disungai, kelima adalah daerah resapan air tidak diperhatikan, jalan banyak yang dicor semen dan aspal. 

Menurut Analisis Ilmiah

Mengutip di wri-indonesia.org disebutkan bahwa menurut analisis Aqueduct Global Flood Analyzer, Indonesia adalah negara dengan jumlah populasi terdampak bencana banjir terbesar ke-6 di dunia, yakni sekitar 640.000 orang setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia dengan 464 kejadian banjir setiap tahunnya.

Banjir yang disertai longsor menjadi bencana ke-6 yang paling sering terjadi di Indonesia dengan 32 kejadian setiap tahunnya. Ada tiga faktor utama penyebab banjir dan longsor yang paling banyak disoroti, yaitu berkurangnya tutupan pohon, cuaca ekstrem, dan kondisi topografis Daerah Aliran Sungai (DAS).

Penulis mencoba mengulas kembali dari pendapat nitizen dan para pakar, ada masalah klasik dan perlu ditangani dengan serius yakni berkurangnya tutupan pohon yang menjaga keseimbangan hidrologis suatu Daerah Aliran Sungai, ini jelas kekurangan resapan pada DAS, dampaknya air mengalir dengan cepat ke permukaan, dan fakta ini terjadi karena alih fungsi hutan termasuk penanganan hulu hilirnya tidak maksimal, jika laporannya bagus, belum tentu praktek di lapangannya sesuai.

Selain itu, Cuaca ekstrem dengan intensitas tinggi,namun warga merasa ini bukan masalahnya sendiri, mereka menunggu perhatian serius dari Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten, namun mereka mau berbuat seperti apa terkadang apatis dan ragu-ragu, perlu ada skenario terintegrasi terhadap pemecahan banjir di beberapa wilayah.

Belum lagi perubahan status alih fungsi lahan penduduk, dan sebagian penduduk di pemukiman enggan untuk menanam pohon di depan rumahnya atau menjaga kelestarian alam lewat penanaman pohon dilingkungannya, termasuk membuat sumur resapan, maka saat ada air hujan dengan intensitas tinggi, akan sulit untuk meresap, apalagi sering ditemukan drainase yang tidak tertata dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun