Macet tiap hari menjadi momok bagi warga ibukota Indonesia di Jakarta, apalagi disaat ada demo terkait pilpres 2019, solusi cepat mencari pilihan yakni menggunakan go-jek atau grab. Kendaraan transportasi yang dianggap murah, cepat dan tepat waktu. Driver yang lincah, dan taat dengan aturan lalu lintas menjadikan kenyamanan. Bahkan dalam pembayaran bisa pilih tunai atau ovo atau g-pay.Â
Kepercayaan publik dengan transportasi ini menjadikan menjamurnya bisnis ini, wajar saja jika di kota besar, saat kita mengakses android Go-Jek maka hitungan menit sudah ada jemputan sesuai dengan ordernya. Sepeda motor pribadi digunakan untuk dirinya dan juga difungsikan untuk usaha melalui daftar Go-Jek, sehingga simbiolis mutualisme.Â
Merambahnya bisnis transportasi ini, juga berimbas pada nasib gojek tanpa android, gojek yang mangkal di stasiun, terminal maupun di pangkalan tertentu. Terkarang zonasi dilanggar, akhirnya ada sedikit konflik. Nasib lain adalah becak, mereka merasakan imbasnya begitu kentara, antara ada bisnis Go-Jek menjadikan lesu usahanya, kalau dinaikkan harganya, tentunya becak tidak akan dilirik lagi.Â
Namun di wilayah pegunungan, Bisnis Go-Jek masih sepi, terlihat saat mau request nyaris tidak ada yang bisa di pesan, maklum jika ada pun permintaan tidak banyak yang pesan, makanya mereka memilih di wilayah perkotaan agar nilai ekonominya tertutupi.Â