Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rangkap Jabatan di Organisasi Sosial Masih Dianggap Lumrah

10 Maret 2018   07:22 Diperbarui: 10 Maret 2018   14:55 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Organisasi Sosial/doc gemapersada

Potensi seseorang yang produktif, integritas tinggi, loyalitas, disiplin dan keilmuannya luas, mudah bergaul dan punya rasa tanggungjawab, maka dipastikan mereka itu bisa berada di manapun dan diminta oleh lembaga sosial apapun. Apalagi pengalaman dan prestasinya bisa dibanggakan. 

Rangkap jabatan di lembaga sosial bagi mereka yang kober, bener dan etos kerjanya bagus maka akan banyak organisasi sosial yang ingin meminta yang bersangkutan untuk dimintai tenaga dan pikirannya, bahkan untuk mengundurkan diri pun terasa susah hingga jabatan berakhir saat yang bersangkutan sudah menghemhuskan nafasnya atau karena alasan kesehataanya baru bisa berhenti. 

Itulah makna manusia bisa menjadi panutan bagi orang lain, karena ilmunya dan tenagan serta integritasnya inilah orang lain merekomendasikan kepada yang bersangkutan untuk duduk di jabatan pengurus harian, dengan mereka berada di pengurus harian maka performance organisasi bisa termanagement secara baik dan profesional sesuai dengan AD/ART dan program yang telah ditetapkan di organisasi tersebut. 

Penguasaan materi, tidak materalistis, dan tidak memanfaatkan organisasi sebagai kendaraan politik apalagi hidup di organisasi sebagai mata pencaharian,maka orang-orang yang seperti inilah yang akan membuat besarnya organisasi. 

Namun sering juga terjadi, karena bawaan awal ikut organisasi politik, seiring waktu tidak menyadari bahwa bila menjadi organisasi sosial, maka saat menjadi pemilihan ketua pun tidak melakukan dukungan dengan dikasih iming-iming (imbalan) tertentu, jika ini terjadi maka menjadi insiden terburuk bagi tatanan kehidupan berorganisasi. 

Organisasi menjadi besar karena ada aturan dan amanat regulasi yang sudah disepakati oleh anggotanya, seorang pemimpin organisasi beserta personilnya harus mampu mengayomi dan juga menjalankan amanat program organisasi yang sudah ditetapkan, jalur musyawarah untuk mufakat menjadi landasan utama baginya untuk menjalankan roda organisasi. 

Bagi organisasi yang tumbuh awal, tentunya butuh perjuangan yang sangat luar biasa, mereka harus mampu meyakinkan bahwa organisasi yang dibuatnya itu mampu memberdayakan umat dan bermanfaat bagi orang lain, promosi ataupun kiprahnya ini menjadi model orang lain untuk percaya bahkan dalam prakteknya tidak ada tendensi politik untuk dukung mendukung calon. 

Namun bagi mereka yang duduk di organisasi besar dan jaringannya kuat, maka posisi tawar menjadi pengurus harian ataupun pucuk pimpinan tertinggi menjadi hal yang bergengsi, pasalnya jaringan organisasi mereka sudah jelas, masyarakat sudah paham dengan penyebutan nama lembaga tersebut, dan kiprahnya juga tidak diragukan, maka kaderisasi yang benar dan tidak berbahu politik yang harus diciptakan bagi mereka untuk mengabdikan ilmu dan pikirannya termasuk waktunya. 

Pilihan berorganisasi dilembaga sosial juga menjadi pilihan hidupnya, tidak semudah yang dibayangkan, bahwa orang itu saat mimpin organisasi sukses, itu karena dedikasi dan skill yang dimiliki memang dimilikinya, bagaimana malakukan transfer ilmu dan juga wibawanya kepada personil dibawahnya agar mau dan patuh dengan amanat roda organisasi. 

Tanpa pengakuan yang kuat maka tidak mungkin organisasi sosial yang dipimpin ini akan berjalan mulus, karena jaman sekarang dengan era yang begitu canggih, dan sangat cepat penyebarluasan informasi menjadikan seseorang leader harus siap pula dengan pernak pernik berita hoak yang kadang juga karena tidak suka dengan gaya kepemimpinannya, lalu menyebarkam informasi yang tidak selayangnya, jika kemudian ketemu pelakunya, maka pelaku ini akan segera minta maaf, karena sikap leader yang sangat mengayomi anggotanya maka termaafkan atas sikap jeleknya itu. 

Di organisasi sosial juga ada lho tipe manusia bunglon, mereka baik saat musyawarah untuk mencari mufakat namun saat pelaksanaan terkadang tidak sesuai dengan cara dan etika sebagai organisatoris, tapi inilah dinamika orang berorganisasi. Orang bunglon ini memiliki sifat negatif :
(1) Tidak memiliki pendirian tetap, (2) Orang yang berjiwa oppoturnis dan mau untung sendiri, (3) Orang yang licik dan suka menipu, (4) Orang yang bermuka dua, berbicara yang baik-baik saja di depan namun memburukkan orang di belakang. Namun jika kita melihat dari sudut pandang lain, ternyata sifat khas bunglon berkamuflase dapat dianggap sebagai kemampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun