Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilihan Politik Boleh Beda, Jagalah Ikatan Persahabatan dan Peseduluran

19 Februari 2018   14:53 Diperbarui: 19 Februari 2018   20:29 2489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beda Pilihan Wujud Demokrasi/Doc pikada.org

Akhirnya 14 Parpol peserta Pemilu 2019 sudah ditetapkan, dipersilahkan untuk beda pilihan, karena itu adalah hak demokrasi, ingat persatuan dan kesatuan bangsa lebih utama, NKRI harga mati, MERDEKA !

Konstalasi politik semakin meluas namun sangat selektif, karena jumlah peserta pemilu di tahun 2019 sangat kompetitip, warga yang punya hak pilih mampu untuk mempelajari dari sekian banyak peserta yang sudah lolos seleksi ini memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap rakyar miskin.

Peluang juga bagi para lulusan sarjana untuk mendaftarkan diri menjadi calon legislatif, apalagi jika sarjana yang daftar ini putra dari pimpinan partai, tentunya memudahkan dalam meloloskan persyaratan administrasi dan juga kemudahan mengenalkan ke masyarakat bahwa dirinya adalah utra dari tokoh politik atau tokoh masyarakat yang disegani atau dihormati di kampungnya. 

Citra dan karakter ayahnya atau ibunya yang menjadi pimpinan partai, cenderung menurunkan model dan karakternya, sehingga masyarakat masih menganggap, lebih baik memilih figur yang paham dan dikenal lebih dulu, daripada figur karbitan yang tidak kenal ingin dipilih.

Seleksi alam memang bisa terjadi pada siapapun yang mendaftarkan atau terjun ke partai politik, namun nasib orang tentunya tidak ada yang paham, inilah makna ikhtiar politik, kesuksesan akan terjadi jika kita berani masuk dalam roda politik, jika yifsk mau maka jadilah pengamat politik saja, toh bisa mengamati dengan gaya bebasnya namun tetap harus memahami situasi dan kondisi sistem partai politik itu sendiri. 

Jalan nasional ataupun Kabupaten dalam dekade beberapa bulan akan terpampang dengan jelas bendera partai, ada yang spekulasi untung-untungan dengam membayar buruh untuk pasang bendera partai, tujuannya agar nomor dan gambar serta warna partai dikenali orang secara banyak. Kalaupun nanti benderanya di cabut sama penyelenggara pemilu atau satpol PP sudah diniati spekulasi. Lumayan pasang gratis tidak bayar pajak reklame. 

Order digital printing dan jasa konveksi berlomba-lomba untuk mendapatkan order dari salah satu parpor, bayangkan jika dapat satu atau dua parpol dengan pesan dalam hitungan ratusan atau ribuan order bisa income bulanan bertambah, tapi ingat pilik konveksi atau percetakan juga harus selektif terhadap partai atau calon legislatif, jangan asal diterima jika belum bayar uang muka atau lunas barang diambil dulu, bisa-bisa harusnya untung yang didapat malah sebaliknya. 

Segala sesuatu harus serba hati-hati, seorang pemilih jangan mudah percaya kepada janji-janji wakil rakyat atau partau yang belum teruji dan terbukti. Namun sebagai pemilih anda juga jangan apriori bahwa masih ada kok partai atau calon pemimpin yang masih berhati nurani kepada masyarakat, beda partai boleh  yang penting jaga kekompakan dan persahabatan. 

Ke depan nanti muncul kompetisi, banyak paket sosial yang akan ditawarkan masyarakat,  sebagian mesti ada rasa ketidak tulusan pasalnya ada kepentingan walaupun tidak tersirat atau tersurat. Keikhlasan itu akan nampak saat pemberi layanan ini tidak ada harapan atau keinginan untuk dihormati atau titipan atas pengorbanan. Selama masih ada titipan omongan atau menunjuk atau dipublikasikan berarti masih ada syarat kepentingan. 

Banyak mobil pribadi atau partai yang akan di branding oleh dana partainya, karena itu media murah dalam berpromosi, dan dianggap hal yang biasa bagi masyarakat. Cost politik pasti akan melekat bagi mereka yang terjun ke dunia politik. Anda mau jadi penonton, penuntun atau jadi pengamat tinggal memilih dengan sisa waktu yang ada, masih terbuka lebar bagi anda untuk menentukan nasib yang lebih baik. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun