Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Money

Tantangan Kota dalam Pencapaian SDGs

26 Januari 2018   17:01 Diperbarui: 27 Januari 2018   07:43 4527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten/Kota harus berkomitmen kuat dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dulu istilah ini dengan nama MDGs  atau Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “Tujuan Pembangunan Milenium”, adalah sebuah paradigma pembangunan global yang dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000.  Hanya bedanya SDGs ini lingkupnya lebih membidik masalah yang beragam dan detail, serta menyasar seluruh penduduk pada semua kelompok usia dan latar belakang dengan mengedepankan prinsip kesetaraan dan antidiskriminasi. 

Adapun Tujuan dari SDGs (Sustainable Development Goals) yang dikutip dari Litbang Depkes RI antara lain sebagai berikut:

  1. Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan bagi seluruh orang di segala usia.
  2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi, dan mendorong pertanian yang berkelanjutan.
  3. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun.
  4. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi.
  5. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi seluruh orang.
  6. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh, produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang.
  7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan serta modern bagi semua orang.
  8. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi setiap orang.
  9. Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, berketahanan, aman dan berkelanjutan.
  10. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh perempuan.
  11. Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
  12. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim serta dampaknya.
  13. Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara.
  14. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
  15. Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan dan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan.
  16. Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
  17. Melindungi, memperbarui, dan mendorong pemakaian ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.

Dari 17 tujuan yang ada Beberapa tantangan yang akan dihadapi kab/kota di Indonesia terkait SDGs meliputi tujuan 1. tujuan 8, dan tujuan 10, kenapa penulis katakan, karena pada tujuan 1 kemiskinan,  kondisi ketidakpastian situasi ekonomi global dan siklus politik akan menyebabkan jaminan kepada keluarga miskin baik itu akses pendidikan yang berkualitas dan nutrisi yang baik tidak maksimal, apalagi program pengembangan skill untuk anak muda dari keluarga miskin juga sangat kurang, belum lagi pola koordinasi baik vertikal dan horisntal dalam penanggulangan kemiskinan juga tidak tersistem dengan baik, belum lagi definisi dan ukuran kemiskinan yang dinamis dan pemutakhiran data yang sering tidak sama. 

Tantangan ke dua adalah tujuan 8 pada pekerjaan yang layak, fakta menyebutkan bahwa tingginya proporsi pekerja disektor informal semakin meningkat, apalagi kondisi dibeberapa daerah untuk mencari kualitas SDM dan daya saing pada tenaga kerja  juga belum sesuai dengan harapan, tuntutan lowongan kerja membutuhkan skill dan kemampuan serta jenjang pendidikan yang mencukupi sesuai dengan syarat, namun realitanya masih banyak pekerja yang mencari pekerjaan terbentuk pada skill dan tamatan pendidikan, akhirnya mereka hanya sebagai penonton saja, contoh yang terlihat adalah munculnya perusahaan korea diberbagai daerah, membutuhkan karyawan lulusan SMA paling rendah, namun kenyataannya jika didaerahnya lulusan terbanyak adalah tamatan SMP maka inilah yang menjadi persoalan bagi daerahnya. Belum lagi terkait kurangnya perlindungan sosial bagi pekerja. 

Tantangan ke tiga adalah tujuan 10 ketimpangan. Masih ada ketimpangan akses pendidikan dan kesehatan, ketimpangan gender jelas tampak terjadi dibeberapa kab/kota, apalagi jika melihat ketimpangan ekonomi jelas antara di kota dan desa kelihatan sekali. Kaum disabilitas terutama perempuan untuk akses pendidikan juga sangatlah terbatas, mereka tidak bisa berdaya karena fisik dan juga akses transportasi, belum lagi terkait masalah kesehatannya, masih ada anak putus sekolah dan juga perilaku lingkungan yang buruk terutama pada kesehatan lingkungan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun