Mohon tunggu...
Ni Putu Putri Puspitaningrum
Ni Putu Putri Puspitaningrum Mohon Tunggu... -

menulis untuk berbagi :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kalian Mau Ujian Nasional? Ini Kunci Jawabannya!

13 April 2014   12:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama sebenarnya bahan ini ingin dituliskan dan segera dipublikasikan. Hanya saja berakhir dengan dituliskan dan baru sekarang dipublikasikan. Sedikit mengulas pengalaman tahun lalu, dimana gue jadi bagian dari peserta UN. Perlu diingat bahwa fokuskan atensi ke cerita gue, bukan ke UN-nya ya! :D

Walaupun berkali-kali dikatakan bahwa nilai UN tidak diperuntukkan sebagai syarat masuk perguruan tinggi, tetap saja panik itu ada (benar kan?) Bukan hanya dari para siswanya, bahkan dari orang tuanya juga (tapi orang tua gue enggak panik sih), dan tentu saja guru-gurunya. Kepanikan itu ada yang berujung positif dan ada juga yang mencari pembenaran untuk melakukan hal negatif, mulai dari alasan menolong teman-teman, menjaga reputasi sekolah, dan lain-lain.

Fokus cerita gue adalah gimana kalian nggak jadi pahlawan untuk sesuatu yang salah. Klise!Tapi, kalau mau terusin baca ini, silahkan! Karena kunci jawaban UN dari gue ada disini.

Di awal-awal pasti mulai terdengar pro kontra UN yang sudah jadi masalah. Diungkit-ungkit lagi tujuan UN dan dampaknya serta efisiensinya. Hanya saja, dari para siswanya sendiri (termasuk gue waktu itu) jadi orang yang pasif yang ngedumel tentang UN tapi tetep ngikutin bahkan sampai ikut bimbel. no action, no result!

Gue sempet mikir, mungkin teman-teman gue juga. Pengeluaran untuk UN sendiri pakai uang negara, tujuan idealnya ya pasti positif, tapi coba kembali ke pencapaian operasionalnya, apa masih positif? Perhatikan lagi siapa sih yang sebenarnya membuat itu semua jadi berantakan? Pihak-pihak tertentu kawan, bukan dari bagian atas-atas saja, tapi sampai ke pangawas ruangan dan siswa-siswanya itu sendiri. But, nggak semua kok, hanya saja ada! Gue kerucutkan target pembaca gue adalah peserta UN, bukan dari pihak atas sana atau pengawas UN yang secara usia lebih dewasa dari gue dan mungkin sudah banyak makan garam jadi lebih banyak pertimbangan asin kenapa harus jadi pahlawan (untuk yang jadi pahlawan – dibayar ataupun tidak-). Ingat! Ini dikhususkan untuk peserta UN (dan orang tuanya kalau perlu).

Jadi, masihkah kita berhak protes mengenai efisiensi UN kalau dari kitanya sendiri tidak mendukung agar tujuan idealnya itu tercapai? UN itu jadi bagian untuk pihak atas agar tahu segala pencapaian pendidikan kita. ketika kalian membuat hasilnya berantakan dan terlhat semua hal menjadi BAGUS dan SEMPURNA padahal itu bukan hasil kerja kalian, apa mereka tahu kalau sistem pendidikan kita perlu perbaikan? Mereka akan melihat bahwa hasilnya meningkat tiap tahunnya dan berarti sistemnya sudah benar. Lalu? Sisanya para siswa sendiri yang ngedumel perlu perbaikan ini dan itu. Sekarang, apa kalian berhak mendapat perbaikan sistem pendidikan?

Oya! Bukan maksud gue supaya nilai UN kalian jelek semua ya, BUKAN! Tapi, gue cuma pengen menekankan pentingnya aspek kejujuran guys! Kita kan menuntut wakil rakyat kita jujur, sebagai rakyat kita juga wajib menuntut diri sendiri untuk jujur. Check yourself then let’s comment to other!

Gue mau sharing pengalaman. Kalian tahu kenapa tulisan ini baru di-publish sekarang? Gue pengen lihat hasil dalam diri gue sendiri dulu ketika memberikan sekian nilai gue yang memang gue mampunya segitu. Gue Masih Hidup dan kuliah! Dan suatu ketika di kelas salah satu mata kuliah yang kalian semua nggak bisa bohong, gue mendapati banyak banget bongkahan-bongkahan cerita ketika situasi seakan menuntut kalian jadi pahlawan, padahal?(kalian bisa jawab sendiri). Ternyata, bukan gue aja yang merasakan hal yang sama dan banyak kok yang lainnya juga. Satu hal yang gue simpulkan dari kelas waktu itu adalah sebagian besar isi kelas itu adalah orang-orang yang keluar dari lingkaran pahlawan, dan gue bahagia karena mereka bisa membuktikan bahwa kualitas otak dan etika mereka benar-benar sejalan.

Ayolah guys! Kalian Bisa!

Ketika ingin membantu teman dengan embel-embel “ini terakhir kalinya loh bantu teman” itu boleh kalian ucapin ketika belajar bersama, bukan menjawab bersama (dalam artian contek-mencontek), nggak ada gunanya. Nanti, kalian paham ketika kalian melihat hasilnya, nggak ada yang bisa merubah angka-angka itu walaupun kalian jadi peri super baik hati, nggak juga mereka yang kalian tolong. Bahkan bekas jajahan mau jadi pahlawan jawaban itu akan terus di hati, nanti hati kalian ikutan capek loh :’)

Lalu? Perlu apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun