Mohon tunggu...
Tommy Patrio Sorongan
Tommy Patrio Sorongan Mohon Tunggu... Penulis - Bocah Kaliabang Dukuh Bekasi

Bukan ahli macem-macem... menulis hanya untuk mempertanyakan sesuatu yang dilihat dan dirasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kehidupan "Tiyang Jawi" di Groningen, Belanda

7 Juli 2020   08:14 Diperbarui: 7 Juli 2020   20:29 2866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Jawa Groningen. dokpri

Bagi warga Indonesia di Groningen, Warung Jawa ini boleh dikatakan restoran Jawa yang paling enak dan cukup murah. Banyak variasi menu di restoran ini, mulai dari ayam goreng kecap, bakmi ayam, dan nasi goreng. Namun, yang menjadi favorit adalah menu Soto ayamnya. 

Isi soto ayamnya memang sedikit berbeda dengan di Indonesia. Mereka menggunakan soun dan potongan kering kentang asin untuk menjadi isian soto. Tak hanya itu, kuah sotonya juga bening. 

Meski begitu, dari segi rasa sudah cukup menyamai soto ayam di Indonesia. Kalau bisa digambarkan rasanya mirip soto bening yang ada di Boyolali. Semangkuk soto plus nasi putih dibandrol dengan harga 6.50. Untuk kelas Belanda, harga ini terbilang murah.

Warung Jawa Groningen. dokpri
Warung Jawa Groningen. dokpri
semangkuk Nasi Soto ala Suriname di Warung Jawa. dokpri
semangkuk Nasi Soto ala Suriname di Warung Jawa. dokpri
Berbicara soal penjualnya, pemilik restoran ini adalah pasangan suami-istri Jawa Suriname yang perawakannya Jowo tenan, mirip bapak-bapak dan ibu-ibu di kampung saya di Sragen sana. Ngomong bahasa Belanda dan Inggris halus tapi bahasa Jawanya sedikit kurang fasih. 

Sayang saya lupa namanya. Maklum mereka tidak biasa berada di front desk atau kasir restoran itu. Mereka terlalu sibuk melayani pelanggan yang selalu datang silih berganti.

Maju ke kasir, ini lagi yang unik. Kasir restoran itu adalah lelaki berkulit hitam yang di mana perawakannya tidak ada Jawa sama sekali, lebih mirip orang Afro-American. 

Akan tetapi, dia mengatakan pada saya bahwa ia orang Jawa juga. Lanjutnya, ia menuturkan kalau banyak orang afro di Suriname itu juga banyak yang campur Jawa. Maklum, selain Jawa di Suriname sendiri terdapat banyak etnis yang berasal seluruh dunia seperti India, Afrika, dan Tionghoa.

Tak hanya itu, ia mengaku pada saya kalau ibunya keturunan Jawa Tengah bagian barat, yaa sekitar wilayah Banyumas-an sana. Mendengar hal itu, saya menimpali, "Wah ora ngapak ora kepenak kiye" yang dibalas dengan tertawaan kecil darinya.

Sayang, dia mengaku sudah kurang bisa berbahasa Jawa karena dari kecil sudah bermigrasi ke Belanda. Akan tetapi rasa cintanya pada Jawa sangatlah besar. Ia bermimpi bahwa suatu saat nanti ia dapat mencari dan mengunjungi keluarganya di Jawa sana. Sayang, saya tidak mendapatkan momen untuk berfoto dengannya.

Lepas dari Warung Jawa, pengembaraan saya berlanjut. Kali ini sebenarnya bukan discovery yang disengaja, namun di sinilah saya menemukan banyak sekali informasi tentang komunitas Jawa Suriname di Groningen. 

Saat itu, saya sedang ingin menaiki bus menuju ke rumah kawan saya. Busnya adalah bus elektrik nomor 1, dan memulai perjalanannya dari Stasiun Groningen. Jadi saya naik dari stasiun untuk menaiki bus itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun