"Saatnya Harus Turun Gunung"
Arya telah mengabdikan dua tahun, dua bulan, dan satu hari dari hidupnya untuk tugasnya di Perbukitan STN. Di sana, di bawah langit biru yang sering diselimuti awan putih, ia menjalani hari-harinya sebagai peneliti lingkungan yang bersemangat. Pagi-pagi buta, ia sering mendaki bukit-bukit curam untuk mencapai titik pengamatan favoritnya, tempat di mana ia bisa melihat matahari terbit dengan latar belakang puncak-puncak pegunungan yang menjulang.
Arya selalu merasa terpukau oleh keindahan alam di STN. Ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengamati flora dan fauna yang indah. Burung-burung hutan yang bernyanyi dengan riang, bunga-bunga liar yang mekar dengan warna-warni yang menggoda, dan hewan-hewan langka yang hanya bisa ditemukan di daerah tersebut menjadi objek pengamatannya. Setiap suara, setiap warna, dan setiap gerakan menjadi sumber kegembiraan dan penasaran baginya.
Selama dua tahun tersebut, Arya juga mempelajari dengan tekun keunikan ekosistem pegunungan batu di sana. Ia mengumpulkan data yang berharga tentang perubahan iklim, pola migrasi hewan, dan perilaku tumbuhan. Pengetahuannya tentang ekosistem ini telah menjadi kontribusi penting dalam pelestarian alam di STN.
Namun, pagi itu adalah pagi terakhirnya di sana. Sebagai matahari terbit, Arya merasa bercampur aduk antara perasaan kegembiraan dan kesedihan. Ia senang karena akan melangkah ke petualangan baru dalam hidupnya, tetapi juga bersedih karena harus meninggalkan keindahan alam dan kehidupan sederhana yang begitu dicintainya. Dalam hatinya, STN akan selalu menjadi tempat yang istimewa, tempat di mana ia menemukan cinta dan penghargaan yang mendalam terhadap alam.
Dia duduk di depan pondok sederhana tempatnya tinggal, menyaksikan matahari terbit dari balik puncak-puncak hijau yang menjulang tinggi. Udara segar dan dingin mengalir ke paru-parunya saat ia merenung tentang pengalaman indah yang sudah dia alami di STN. Ia melihat kembali momen ketika ia pertama kali tiba di sana, ketika segala sesuatu masih asing baginya. Kini, ia telah tumbuh menjadi seorang ahli di bidangnya, tetapi sekarang saatnya untuk turun gunung.
Arya tiba di kantor barunya dengan perasaan campur aduk. Gedung pencakar langit menjulang di sekitarnya, dan lalu lintas yang padat mengisi jalan-jalan. Ia memasuki lobby kantor yang modern dengan lantai marmer dan dinding kaca. Suara-suara dari telepon yang berdering dan percakapan orang-orang yang sibuk mengisi udara.
Sekretaris dengan senyum ramah, " Selamat datang di kantor kita, Arya. Nama saya Sarah. Apa yang bisa saya bantu?"
Arya merasa agak canggung, "Terima kasih, Sarah. Saya Arya. Saya baru pertama kali di sini."
Sekretaris sambil mengangguk, " Tentu, Arya. Selamat datang di perusahaan kami. Pekerjaan Anda sebagai konsultan lingkungan pasti akan menjadi aset berharga. Mari, saya akan mengantar Anda ke kantor Anda."
Mereka berdua berjalan melalui lorong yang panjang, melewati ruang rapat yang modern dan kantor-kantor pribadi dengan pintu kaca. Arya merasa tercengang oleh kontras besar antara dunianya yang dahulu dan dunia baru ini.