Mohon tunggu...
Pemuda Peduli Gambut Indonesia
Pemuda Peduli Gambut Indonesia Mohon Tunggu... Freelancer - Kelompok Pemuda

Komunitas tulisan kritis dan kreatif anak muda Indonesia untuk meningkatkan kesadaran isu gambut dan pelestariannya. Everyone are welcome to share their views! #PeatlandIsOurLand #SadarGambut

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kurangnya Pemahaman Lahan Gambut oleh Aktivis Lingkungan

15 November 2019   14:41 Diperbarui: 15 November 2019   14:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: republika.co.id

Pergerakan aktivisme pecinta lingkungan dan perjuangan melawan climate change semakin banyak digaungkan di dunia. Berbagai advokasi, demonstrasi, dan 

Isu lingkungan adalah hal penting untuk diperjuangkan, karena menyangkut kemaslahatan hidup masyarakat dunia, yang secara langsung juga bersinggungan dengan ketahanan pangan, ekosistem hutan dan laut, serta kesehatan. Berbagai hal yang menyangkut permasalahan lingkungan antara lain daur ulang sampah, plastik di laut, penebangan hutan illegal, hingga reboisasi.

Dengan berbagai kompleksitas permasalahan lingkungan yang ada, isu mengenai lahan gambut juga perlu menjadi perhatian serius. Lahan gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan jasad hewan yang membusuk. Lahan gambut menyimpan sangat banyak karbon, yang dapat dilepas ke udara bebas jika dikeringkan. Pelepasan karbon ini akan berdampak pada konsentrasi CO2 di atmosfer dan akan meningkatkan efek rumah kaca di bumi.

Penulis melakukan diskusi dengan beberapa aktivis lingkungan mengenai pemahamannya terkait isu lahan gambut. Ida, seorang aktivis lingkungan dari Sulawesi Barat, mengakui bahwa ia tidak begitu memahami isu tersebut, karena aktivisme yang ia lakukan berfokus pada pengelolaan sampah. Isu lahan gambut juga tidak begitu dikenal di daerahnya, sehingga ia tidak begitu tertarik untuk mencari tau lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Senada dengan yang dinyatakan Ida, seorang aktivis lingkungan lain dari Jawa Timur yang tidak bersedia disebutkan namanya, menyatakan bahwa isu lahan gambut tidak begitu menarik perhatiannya, sehingga ketika ditanya mengenai pemahamannya mengenai lahan gambut, ia tidak bisa menjawabnya dengan lugas. Hal ini juga disebabkan karena daerahnya tidak menjadi salah satu dari tujuh provinsi yang menjadi pusat restorasi lahan gambut Indonesia, sehingga ia tidak merasa memiliki urgensi untuk bergerak di isu lahan gambut.

Di Riau, yang menjadi salah satu provinsi restorasi lahan gambut, seorang aktivis lingkungan bernama Rio (bukan nama sebenarnya), menyatakan bahwa isu lahan gambut sulit untuk menggerakkan massa, sehingga kurang menarik baginya untuk mendalami lebih dalam mengenai isu ini. Rio mengakui bahwa pemahamannya mengenai isu lahan gambut juga rendah, karena tidak pernah mengangkat isu ini dalam aktivisme yang ia lakukan.

Menurut Rio, isu lingkungan di Riau yang menarik dalam menggerakkan massa adalah mengenai kabut asap dan kebakaran hutan. Aktivisme yang ia lakukan biasanya melibatkan siswa SMA dan mahasiswa universitas dengan membagikan masker, campaign di sosial media, hingga mengadakan seminar lingkungan.

Adapun aktivis lingkungan lain yang juga menyatakan tidak begitu memahami isu mengenai lahan gambut adalah Made dari Bali, dan MHS dari Jakarta. Dengan alasan yang sama, Made dan MHS mengatakan bahwa sebagai orang yang tinggal di kota besar, permasalahan lingkungan yang paling banyak dihadapi adalah berkaitan dengan pengelolaan sampah, daur ulang sampah, dan hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan dan pariwisata. Sehingga permasalahan mengenai lahan gambut tidak menjadi prioritas dan perhatian bagi mereka. Selain itu juga karena Made dan MHS tidak pernah melakukan kegiatan berkaitan dengan lahan gambut selama menjadi aktivis lingkungan.

Lima orang aktivis lingkungan yang penulis temui semuanya menyatakan ketidakpahaman mereka dalam isu lahan gambut. Padahal permasalahan lahan gambut juga tidak kalah penting dan urgen dibandingkan permasalahan lingkungan lainnya. Dengan berbagai alasan yang diberikan para aktivis tersebut, membuat kita sadar bahwa orang-orang yang seharusnya menjadi penggerak kegiatan restorasi lahan gambut dan mengangkat isu ini ke publik, ternyata adalah orang-orang yang hanya berfokus pada satu hingga dua topik utama lingkungan, dan bahkan terkesan tidak peduli dengan isu lahan gambut.

Lalu, jika para aktivis lingkungan saja tidak memahami isu lahan gambut, apalagi kita?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun