Mohon tunggu...
Fuddin (Q-Rent Outdoor)
Fuddin (Q-Rent Outdoor) Mohon Tunggu... -

saya hanya sekedar memegang pena sambil menunggu intuisi hati untuk menggoreskannya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ekspedisi Curug Kawung

13 November 2016   21:50 Diperbarui: 13 November 2016   22:44 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

(Mengintip Sepercik Surga di dalam Rimba Gunung Anyar)

Semburat kemuning di ufuk timur perlahan nampak menghiasi rimba Gunung Anyar. Kicauan burung seperti biasa mulai beradu di sawah bagian lembah. Sementara semilir angin berhembus sepoi membelai padi kuning yang siap dipanen. Dedaunan bergemerisik pelan, saling menyapa menyambut pagi. Aliran air irigasi mengalir merdu dari hulu yang nantinya bermuara di Kali Kawung. Gemericiknya syahdu membius telinga, meniupkan semangat untuk melangkahkan kaki para petani.

Di ujung kaki gunung, 7 pasang roda motor menggelinding pelan, menaklukkan medan bebatuan yang terjal. Suara mesin motor menderu, membakar semangat beberapa pasang kaki yang memilih turun dan menapak. Angin berhembus pelan, memberikan aroma petualangan yang hebat. Mentari yang sudah naik seujung tombak tersenyum renyah. Lirih, ia berujar, “Nikmati harimu, sobat!”

Tiga belas. Total pasang bibir yang mengulaskan senyum semangat untuk melakukan ekspedisi di akhir bulan ini. Motor telah aman dititipkan kepada pemilik rumah di ujung kampung. Dua puluh enam kaki siap melangkah menyusuri rimba Gunung Anyar. Sejenak di awal, mereka dilanda kebingungan untuk memilih jalan. Beberapa kali menemui jalan buntu, akhirnya mereka menghidupkan GPS (Gunakan Penduduk Setempat) dengan tujuan Curug Kawung. Tidak lama kemudian, rute telah ditemukan dan semua lisan pun berucap, “Bismillaahirrohmaanirrohiim”. Kaki kanan melangkah bebarengan, berbanjar menjejak jalan setapak.

Sawah terbentang luas bagaikan permadani hijau menyambut langkah tegap mereka. Di tengah pematang, gubuk-gubuk didirikan untuk melepas lelah dan sekedar berteduh dari sengat terik matahari siang nanti. Beberapa pohon berdiri kokoh di beberapa titik di pinggir sawah, menawarkan berbagai buah-buahan untuk sekedar mengganjal perut kala kiriman nasi belum datang. Ikan-ikan di sungai sesekali mengintip keluar, sambil menahan rasa takut jika tertangkap oleh para pencari ikan. Sementara burung-burung berkicau merdu karena mencoba bercakap dengan mereka yang terus terpukau melihatnya terbang memutar, lalu menukik. Tampak pula beberapa belalang yang melompat kegirangan di sepenggal rerumputan di pojok sawah yang telah dipanen.

Semakin menjauh, area persawahan berganti dengan semak belukar. Semakin ke dalam, pepohonan mulai menemani perjalanan. Tanah yang lembek karena hujan dan aliran air membuat ukiran coklat indah di kaki-kaki mereka. Beberapa dari mereka pun mengambil potongan kayu sebagai tongkat untuk membantu keseimbangan mereka. Beruntung, jalanan tidak terlalu menanjak terjal sehingga energi tidak banyak terkuras. Hanya beberapa trackyang memaksa mereka mendaki. Berbagai celoteh dan ungkapan penyemangat berkali-kali didendangkan untuk membuat kaki tetap stabil melangkah dan tangan tetap mengayun.

Mentari semakin naik, sedangkan peluh justru mengalir ke bawah membasahi pakaian. Rasa haus mulai menyeruak dan pimpinan akhirnya memutuskan untuk beristirahat di sebuah tempat yang agak luas. Bekal minuman dikeluarkan. Air pun perlahan membasahi kerongkongan, mengobati dahaga serta mengganti cairan yang telah keluar. Senyum kembali terkembang dengan manisnya. Semburat kelelahan samar-samar tertutup dan adrenalin kembali terpacu untuk melanjutkan perjalanan.

Tanaman semakin lebat, sehingga tangan harus aktif menyingirkan berbagai sulur, dahan atau ranting yang menghalangi jalan dan menghambat pemandangan. Seorang yang di depan, dengan hati-hati membabat berbagai haluan untuk memperlancar langkah barisan di belakangnya. Sesekali, ia harus mengambil keputusan untuk memilih jalur karena semakin ke atas, jalanan setapak mulai menghilang. Membuat jalur baru juga dilakukan dengan membabat habis belukar yang menghalangi. Lambat laun, sayup-sayup derasnya guyuran air mulai terdengar. Mereka pun bersorak, “Sebentar lagi kita sampai!”

Langkah semakin cepat, hingga lensa mata mereka menangkap sebuah aliran air yang menghujam tajam ke bawah melalui tebing. “Curugnya udahkeliatan woyy,” teriak salah seorang dari mereka.

“Iya. Ayo serbu!” seorang cewek berjilbab putih menimpali.

“Sikaat!!” yang bertubuh paling gemuk mengacungkan kepalan tangan menambah semangat. Perjalanan dilanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun