Mohon tunggu...
Puspita Wulandari
Puspita Wulandari Mohon Tunggu... -

Saya seorang guru di sebuah sekolah pinggiran tepatnya di SMK Negeri I Kertosono kab Nganjuk prop Jawa Timur. Saya mengajar bidang study Fisika dan IPA. Saat ini sedang belajar menulis dan mengembangkan diri dengan tujuan mampu mengembangkan potensi siswa secara maksimal. Saya mencanangkan SASISAE (Satu Siswa Satu Email) dan SASISAB (Satu Siswa Satu Blog)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Adzan

25 Agustus 2010   01:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:44 2197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda, jika adzan yang kita dengar sebagai tanda waktu solat berasal dari impian Rasulullah?. Mari kita simak cerita berikut ini.
Alkisah pada saat Rasulullah menetap di Medinah, beliau membangun masjid dan melaksanakan shalat berjama’ah. Di masa itu kaum muslimin selalu mengintai dan mengira-ngira waktu shalat kemudian pergi ke masjid untuk mengikuti shalat berjama’ah. Tetapi masalah itu tidaklah mudah, maka ada yang kadang ketinggalan shalat berjama’ah atau terlambat karena kurang pandai memperkirakan waktu.
Rasullullah berpikir serius tentang bagaimana cara mengumpulkan orang-orang untuk shalat berjama’ah? Orang-orang Islampun mulai memikirkan solusi praktis untuk mengatasi masalah ini. Ada yang mengusulkan kepada Nabi supaya beliau mengibarkan bendera ketika shalat tiba. Ketika orang-orang Islam melihat benderA itu, mereka menginformasikan kepada yang lain, sehingga mereka semua datAng ke masjid. Akan tetapi nabi tidak tertarik dengan ide ini. Kelompok kedua mengusulkan agar mereka meniup terompet ketika waktu shalat tiba. Namun beliau tidak tertarik dengan ide ini. Dan beliau bersabd; “Itu adalah tradisi yahudi’.
Masalah itu tetap ada dan belum ada solusinya. Lalu Abdullah bin Zaid pulang ke rumah sambil memikirkan apa yang sedang dipikirkan oleh rasullullah. Kemudian tidur dan memikirkan masalah itu. Ternyata ia bermimpi melihat adzan.
Keesokan harinya Abdullah bin Zaid menemui Rasulullah dan berkata: “ Ya Rasulullah, sesungguhnya semalam ada orang berbaju rangkap berwarna hijau berkeliling dan bertemu denganku sambil membawa lonceng.
Lalu aku bertanya: “Hai Hamba Allah, apakah kamu menjual lonceng ini?”
“Untuk apa?” katanya.
“Untuk memanggil orang-orang ke tempat shalat” jawabku.
Lalu orang itu berkata: “Maukah aku tunjukkan padamu sesuatu yang lebih baik dari itu?”
“Apa itu” tanyaku.
Ia menjawab”Kamu bisa mengucapkan: “Allahu Akbar Allahhu Akbar …. Sampai akhir Adzan.”
Kemudian ia mundur jauh, lalu berkata: “Jika hendak menunaikan shalat, ucapkanlah: “Allahu Akbar Allahu Akbar ….sampai akhir iqamat.”
Kemudian Rasulullah bersabda: “Itu adalah mimpi yang benar (hak), insya Allah. Berdirilah bersama Bilal dan bacalah apa yang kamu lihat di dalam mimpimu agar dikumandangkan olehnya. Karena suaranya lebih merdu daripada suaramu.”
Kemudian Abdullah bin Zaid berdiri bersama Bilal dan menyampakan Adzan padanya, kemudian Bilal mengumandangkannya.
Sementara itu Umar bin Khathab yang sedang berada di rumah mendengar suara itu. Ia langsung keluar sambil menarik jubahnya dan berkata: ”Demi Tuhan Yang mengutusmu dengan Hak, ya Rasulullah, aku benar-benar melihat seperti yang ia lihat (di dalam mimpi). Lalu Rasulullah bersabda: ”Segala puji bagimu.”
Omongan jiwa sepanjang siang dan menjelang tidur adalah salah satu pendorong, memicu dan menyebab mimpi. Oleh karena itulah mimpi dapat menjadi salah satu cara untuk melahirkan ide-ide inovatif.

Di era digital ini semakin banyak anak-anak tidak memiliki kesempatan membaca akibat beratnya beban kurikulum yang harus dipelajarinya, maka sudah menjadi kewajiban orangtua untuk bercerita. Upaya mengimbangi melimpahnya informasi dan semakin ketatnya kompetisi dalam berbagai bidang kehidupan.

Pada dasarnya bukan hanya orangtua, gurupun bisa memanfaatkan waktu sebelum mulai proses pembelajaran dengan bercerita. Cerita mampu mengembangkan semangat berpikir siswa. Sudah waktunya guru mengembangkan pembelajaran Lintas Kurikulum (cross curriculer approach).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun