Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teror 'Anti-Islam' Selandia Baru

16 Maret 2019   01:06 Diperbarui: 16 Maret 2019   03:12 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden Indonesia Jokowi mengecam keras tindakan teror di Christchurch Selandia Baru (New Zealand) Jumat 15/3. Demikian Juga wapres JK membuat pernyataan sama, mengutuk kekejaman pelaku teroris, menembaki dengan maksud membunuh sebanyak mungkin pengunjung masjid yang sama sekali tidak bersalah apa-apa. Begitulah memang sudah selalu dilakukan oleh para teroris dimana saja, membunuhi orang-orang tak bersalah, untuk menakut-nakuti, menciptakan rasa tidak aman bagi publik, dan memecah belah. Pernyataan presiden dan wapres Indonesia cukup menunjukkan sikap tegas dan bernas bangsa Indonesia terhadap politik gerombolan teroris yang dipaksakan ke hampir semua negeri yang cinta damai seperti Indonesia.

Kalau di Timur Tengah, teroris ini dilakukan oleh orang-orang islam atau yang mengaku dirinya islam seperti ISIS. Begitu juga di Indonesia yang menyerang berbagai gereja-gereja di berbagai kota, terlihat juga 'memihak' islamnya, atau yang lebih tegas lagi mau mendirikan negara islam khalifah. Yang lainnya seperti di Selandia Baru ini adalah anti-islam, menyerang orang-orang islam di masjid, pas waktunya ketika sembahyang Jumat bagi umat islam.

Dari peristiwa-peristiwa teror ini terlihat sepertinya ada dua macam terorisme, yang islam dan yang anti-islam. Apakah memang ada dua macam terorisme ini? Yang islam dan anti-islam?

Coba kita lihat dan selidiki dari segi kesimpulan ilmiah ahli-ahli dunia, seperti prof Chossudovsky Ottawa University.

"Terrorism is made in USA", kata prof Chossudovsky 2015, The "Global War on Terrorism" is a Fabrication, A Big Lie"

www.globalresearch.ca

Chossudovsky menuliskan artikelnya ketika Obama menjabat presiden AS. Jadi pernyataan Chossudovsky soal terorisme buatan AS itu, tidak bisa dipisahkan dengan kepresidenan Obama yang sedang duduk di Gedung Putih. Artinya Obama atau pememerintahannya atau tangan Obama telah dimanfaatkan bikin terorisme seperti bikin ISIS dimana Obama adalah founder dan Clinton sebagai co-founder, berkali-kali dikatakan oleh Trump. Hilangnya Obama dari Gedung Putih, berakhir juga ISIS.  

Sekarang ini, semakin banyak publik AS maupun dunia yang melihat perbedaan situasi politik AS ketika Obama jika dibandingkan dengan situasi politik era Trump setelah 2017. Polarisasi publik AS ketika Obama ialah antara dua partai R dan D, sedangkan di era Trump (sekarang), polarisasi jelas adalah antara pro nasionalis (Trump) sebagai politik baru AS kontra politik yang anti-nasionalis, artinya pro kekuasaan lama 'the establishment' sebagai penguasa 'the secret government' majikan Obama ketika dia di Gedung Putih.

Dan bahwa Obama adalah perwakilan 'the secret government' di Gedung Putih, bisa terlihat dari studi dan pernyataan prof Glennon, Tuft University dalam artikelnya "Vote all you want. The secret government won't change",  Dan seterusnya dia bilang, "The people we elect aren't the ones calling the shots".

www.bostonglobe.com

Jadi jelas bagi kita bahwa bukanlah Obama yang menentukan arah roda pemerintahan Gedung Putih. Dia hanya boneka dari the secret government atau belakangan disebut juga dengan nama Deep State.

Kalau memang "The global war on terrorism is a fabrication, a big lie", apakah 'serangan' yang dilaksanakan oleh polisi Selandia Baru 15 Maret itu adalah 'a big lie' atau 'a fabrication' belaka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun