Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Isu ke Isu

6 April 2018   02:32 Diperbarui: 6 April 2018   22:57 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi Sukmawati di isukan jadi isu politik yang tentunya arahnya bisa diduga, Sukmawati putri Soekarno, kakak ketum PDIP Megawati, yang juga pendukung presiden Jokowi. Dan presiden Jokowi sebagai pusat arahan panah dari semua oposisi yang ingin berkuasa tetapi harus menjatuhkan Jokowi dulu tentunya.

Dari isu ke isu, kasus ke kasus, politis atau tidak, tetapi semua isu bisa dipolitikkan, menuju satu arah tadi. Isu PKI, kebangkitan komunisme, teror Thamrin, ratusan ribu akun pecah belah Saracen, HTI, isu LGBT, aniaya Ulama, dsb dst . . . semua bikin kekacauan, pecah belah atau adu-domba berbagai golongan disatu negeri.

Tebar isu, bikin air sekeruh mungkin dan 'menangguk di air keruh', menangguk kekuasaan atau jalan ke kekuasaan. Ini sangat terlihat diseluruh dunia, divide and conquer menuju puncak kekuasaan satu negeri atau menuju kekuasaan NWO.  

Pepatah tua bangsa ini 'menangguk di air keruh', tadinya dijalankan degan mulus dan lancar di era ketertutupan seluruh dunia, dan masih juga diteruskan ke era keterbukaan abad 21, tetapi resikonya ialah tidak bisa dihindarkan akan ditelanjangi sampai ke akar-akarnya, karena semuanya juga sudah terbuka. Contohnya 'ramalan 2030' telah begitu tersuluh, atau juga 'rumah hantu' Hambalang, tak ada yang selamat dari penelanjangan!

Sebutan 'isu dan kekacauan' . . . atau dengan istilah 'issue' dan 'confusion', jadinya saya teringat istilah seorang 'Jew' (honest Jew) di artikel 'Harold Wallace Rosenthal Confessions', dimana dia bilang begini:

"We Jews have put issue upon issue to the American people. Then we promote both sides of the issue as confusion reigns. With their eyes fixed on the issues, they fail to see who is behind every scene. We Jews toy with the American public as a cat toys with a mouse." 

lihat disini atau disini

Wa ka ka . . . Terlihat jelas perpaduannya antara 'isu dan kekacauan' yang diciptakan di Indonesia dengan 'issue and confusion' ciptaan si Rosenthal ini. Di AS banyak contohnya memang, seperti isu adu domba di Charlottesville Agustus tahun lalu, terror Boston 2013, atau juga terror 'nine eleven'.

Tetapi di Indonesia juga tidak kurang contohnya seperti Gerakan pecah belah Saracen, 212, teror Thamrin, gerakan 'aniaya Ulama' di Jabar, gerakan kawin-mawin LGBT, 'ramalan 2030' dll dst. Tidak usah ngomong lagi soal 'issue and confusion' kudeta Untung 1965 yang bikin banyak korban manusia dan bikin banyak penjarahan SDA Indonesia sehingga sekarang pada pokoknya sudah tidak banyak lagi yang namanya SDA. Semua soal umumnya sudah dimengerti dan semakin jelas di era keterbukaan ini.

Di Indonesia, kita tidak begitu terbiasa dengan istilah 'We Jews' seperti yang dimaksudkan oleh Rosenthal dalam interviewnya 40 tahun lalu (1976). Tetapi sebagai gantinya kita sudah kenal betul istilah-istilah 'neolib', 'komunis', atau juga 'NWO'. Dan yang sangat menguntungkan ialah bahwa informasi dan penjelasan yang semakin mendalam dan hakiki dalam semua istilah-istilah ini telah bisa dibaca di internet pada era keterbukaan sekarang ini, termasuk interview Rosenthal itu secara lengkap sudah bisa diperoleh.

Rosenthal sendiri tewas dibunuh oleh teroris sebulan sesudah interview itu. Dan isi interviewnya baru mulai sangat populer sekarang ini setelah dunia memasuki era keterbukaan, dimana informasi dan pengetahuan mengalir bebas dari semua dan untuk semua.

Apa yang samar-samar atau gelap di abad ketertutupan abad lalu, sekarang jadi jelas, dan memang sudah tidak mungkin ditutupi, karena semua orang bisa membuka dan menyiarkan secara luas, dengan adanya media independen dan media sosial yang tersebar luas ke seluruh dunia.

Apa yang dimaksud dengan 'We Jews' dalam interview Rosenthal, tidak diragukan ialah Neolib atau NWO itu atau di AS sekarang disebut juga 'deep state'. Dan kata Bella Dodd pemimpin Partai Komunis USA tahun 40-an, 'The New World Order is Communism'. Di Indonesia yang pernah kita kenal ialah bahwa NWO, Neolib bertentangan dengan komunisme, terlihat bagaimana gesitnya PKI menentang neolib internasional imperlialisme AS. 

PKI memandangnya dari segi ideologi komunisme kontra ideologi kapitalisme/imperialisme neolib AS. Sama halnya dengan pandangan seorang anti-komunis AS yang sangat gigih dan terkenal pada tahun-tahun 50-60an bernama M C Fagan, melihat persoalan dari segi dua ideologi yang saling bertentangan, dia menulis begini:

The idea was that those who direct the overall conspiracy could use the differences in those two so-called ideologies [marxism/fascism/socialism/communism v. democracy/capitalism] to enable them [the Illuminati] to divide larger and larger portions of the human race into opposing camps so that they could be armed and then brainwashed into fighting and destroying each other. lihat disini:

Divide and Conquer

Jadi dua ideologi itu bertentangan dalam pandangan lama, yang satu untuk dan demi rakyat miskin (komunisme + diktator proletar), yang lainnya neolib/kapitalis demi kekayaan/kekuasaan kapitalis/imperialis NWO.

Tetapi ternyata The "New World Order" is Communism kata Bella Dodd.

Jadi Komunisme = Neolib = NWO

Karena itu juga kalau orang-orang Rizieq bilang komunisme 'bangkit lagi' ya ada betulnya, kalau dia bisa melihat kaitannya dengan NWO. NWO terlihat memang sedang giat-giatnya berusaha survive karena penelanjangan yang bertubi-tubi dari publik dunia sudah tidak bisa dihentikan. Usaha menyelamatkan rencana NWO ini bisa disaksikan juga di Indonesia terlihat dalam usahanya bikin berbagai kekacauan dan isu itu (confusion and issue), walaupun bos besarnya sudah bilang kalau rencana NWO itu sudah collapsing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun