Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengendalikan Manusia dengan Pornografi dan Seks

18 Maret 2018   23:32 Diperbarui: 18 Maret 2018   23:51 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dua artikel tentang 'pornografi' terakhir di Kompasiana sangat menarik perhatian saya dan telah mengomentari kedua artikel itu dengan isi dan nada yang prinsipnya sama. Yang satu tulisan Pak Henggar Prasetyo dalam tulisannya 'Mengapa Ada Konten Pornografi?' dan tulisan Pak Susy Haryawan dalam 'Pornografi Anak dan Paranoid'. 

Kedua tulisan ini punya tujuan yang sangat tulus menyelamatkan bangsa ini terutama generasi mudanya dari malaptaka pornografi yang sangat merusak itu. Salah satu diantara penulis aktual  dan bagus ini (Pak Susy Haryawan) mengusulkan kepada saya supaya komentar saya itu dijadikan artikel saja, dan ini saya majukan dengan judul baru yaitu  'Mengendalikan Manusia dan Dunia Dengan Porno'. 

Judul ini saya angkat karena maksud utama ialah menelanjangi maksud-maksud utama dibelakang kekuatan sex dan porno untuk mengendalikan dan mengontrol manusia dunia demi tercapainya NWO (The New World Order) milik neolib internasional deep state.

Walaupun pembesar utama neolib deep state itu sudah menyatakan baru-baru ini bahwa rencana NWO itu sudah collapsing, tetapi efek perusakannya yang sudah menyusup secara sangat mendalam disanubari  manusia luas dunia, seperti pengaruh sex dan porno ini masih sangat besar, juga karena sudah terlalu lama dipengaruhi, lebih dari setengah abad. 

Karena itu, mengintesifkan, meluaskan dan memperdalam pencerahan berupa penelanjangan semua akal bulus neolib internasional itu harus diteruskan. Ini terutama menjadi tugas berat tetapi mulia bagi kalangan akademisi/ahli Indonesia dan dunia, tetapi juga tak kalah pentingnya di era keterbukaan, keharusan keterlibatan jutaan dan ratusan juta publik Indonesia dan dunia. 

Bagusnya sekarang diera keterbukaan ini ialah bahwa dengan adanya internet, medsos dan independent media, dengan infromasi/pengetahuan untuk semua dan dari semua, berakibat bahwa penelanjangan dan pencerahan itu otomatis semakin intensif.

Bahwa ada kekuatan tersembunyi yang sangat dahsyat dibelakang sexuality bukanlah rahasia lagi sekarang ini, atau dizaman modern ini. Kalau dulu lain soal, semua orang telanjang bulat dimana saja. Tak dikenal soal porno atau orang telanjang tidak malu. 

Sekarang kemaluan terus ditutup sepanjang hari, tetapi dibuka dalam 'acara tertentu', yang positif dan yang negatif (disini kita bicarakan yang negatif itu). Kemudian zaman berubah sesuai dengan perubahan kesedaran manusia dan saling hubungan sesamanya, yang diakibatkan perubahan ekonomi/sosial. 

Mulanya walaupun sudah malu telanjang, tetapi juga masih berlaku sopan santun kultural atau agama dalam menangani pergaulan maupun perkawinan sesama manusia. Dan ini terjadi sampai tahun 50-an. Perkembangan dan perubahan kelas-kelas dan berbagai golongan seiring dengan tingkat perubahan dan perkembangan ekonominya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan produksi dan cara produksi yang terjadi terus menerus. 

Terjadi juga perubahan yang semakin besarnya penghisapan dan memanfaatkan kekuasaan demi keuntungan sebesar-besarnya, sehingga ketidak-adilan membengkak dalam saling hubungan manusia itu. Sebagian diantara kelas penghisap ini berubah jadi kelas penipu memanfaatkan kekuatan sexuality yang dahsyat itu untuk cari duit dan kekuasaan yang lebih besar. Seiring dengan itu dimunculkanlah majalah PLAYBOY diawal 50-an, tujuan utamanya ialah merusak keharmonisan kultural dan keharmonisan keluarga dari hasil perkawinan.

Di Indonesia 'huru-hara' majalah Playboy ini terjadi juga tahun 2006, dibantah dari segi agama oleh FPI. Bagus memang sikap menentang FPI dalam soal ini. Sayangnya FPI tidak membahas atau membantah dari segi ilmu pengetahuan yang mantap seperti dibikin oleh Henry Makow, seperti dia katakan dibawah ini:

"It's now clear porn is used as a form of political control. Get us to think about sex, and we won't think about how our freedom is being taken away."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun