Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Komunikasi Mengubah Manusia dan Dunia

8 Oktober 2017   19:04 Diperbarui: 8 Oktober 2017   19:23 2032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam diskusi bersama dengan tema "Changing the World Through Communication" atas inisiatif Ika-Unpad Bandung, Sabtu (7/10. merdeka com), para peserta umumnya menekankan pentingnya komunikasi untuk bikin perubahan positif, komunikasi untuk mengubah pikiran dan kesadaran manusia termasuk komunikasi didunia maya, yang sudah sangat pesat dan luas peredarannya di Indonesia. 

Tema dan inisiatif seperti ini (komunikasi dan pengetahuan komunikasi) memang sangat diperlukan untuk disebarluaskan di Indonesia terutama dikalangan anak-anak muda dan generasi muda bangsa sekarang ini. Apalagi kalau melihat kecendrungan sekarang yang menyalahgunakan komunikasi internet untuk menyebarkan hoax atau fake news yang pengaruhnya sangat negatif dikalangan masyarakat. Komunikasi yang intensif dan terarah untuk mengantisipasi hal-hal negatif ini perlu selalu ditingkatkan, a.l. dengan diskusi atau seminar seperti inisiatif alumni Ika-Unpad itu.   

"Pentingnya komunikasi untuk mengubah manusia", tidak bisa diragukan kebenarannya. Memang komunikasi sesama manusa selain secara alamiah adalah keharusan, tetapi juga berfungsi untuk mengubah atau bikin perubahan. Dari hasil komunikasi, pengalaman teman yang bagus kita tirukan. Sering kita merasa syukur dan berterima kasih karena dapat nformasi dan pengetahuan yang kita anggap sangat baru dan bermanfaat dalam kehidupan.

Mengubah manusia (jadi negatif) . . . satu segi lain dari perubahan yang diakibatkan oleh komunikasi itu sering juga terjadi, atau jadi 'trend dunia' belakangan ini. Mengubah manusia untuk memusuhi yang lain atau memecah belah, misalnya seperti yang dilakukan oleh grup Saracen, membangun 800 000 akun dengan konten yang sudah ditetapkan sebelum disiarkan, sehingga tujuannya betul-betul bisa tercapai semaksimal mungkin, untuk memecah belah itu.

 Di bagian lain dunia, kegiatan ini digunakan oleh MSM (Main Stream Media) milik neolib deep state dengan cara menyebar-luaskan apa yang dinamakan 'fake news' atau 'hoax'. Di AS Trump menyebut MSM fake news ini 'the enemy of American people'. Di Indonesia tidak ada MSM yang punya pengaruh kuat seperti MSM di AS, karena itu di Indonesia dimanfaatkan media sosial yang sangat luas jangkauannya di kalangan penduduk Indonesia. Baik di AS maupun di Indonesia, tujuannya sama yaitu memecah belah mengacau dan kalau bisa menjatuhkan nasionalist Trump, begitu juga terhadap presiden Jokowi di Indonesia.

Tetapi masih penasaran juga, apakah memang ada kaitannya fake news di AS dengan hoax di Indonesia misalnya Saracen itu?

Kalau melihat atau menganalisa suatu persoalan yang ada kaitannya dengan situasi internasional, tidak ada jalan lain yang lebih mendekati kebenaran selain meninjaunya dari segi KONTRAADIKSI yang ada secara internasional pula. Atau secara umum, menganalisa persoalan apa saja selalu dari segi kontradiksi, karena persoalan apa saja adalah pencerminan adanya kontradiksi atau perjuangan antara segi-segi bertentangan yang ada didalamnya. 

Kontradiksi ini dalam kehidupan sehari-hari kita sebut dengan istilah 'perselisihan', 'sengketa', 'konflik' dsb. Semua itu adalah gambaran perjuangan dari segi-segi bertentangan atau perjuangan dari bagian-bagian (grup, kelompok) yang bertengangan atau bermusuhan dalam tiap persoalan. Karena itu tiap persoalan adalah KONTRADIKSI.

Persoalan yang bersifat internasional pada umumnya erat kaitannya dengan KONTRADIKSI POKOK INTERNASIONAL/DUNIA pada saat/periode tertentu. Contohnya, ketika kudeta menjatuhkan Soekarno pada tahun 1965 tergambar kepentingan dua kekuatan dunia ketika itu, Barat dan Timur. Kontradiksi Pokok dunia ketika itu ialah antara Barat dan Timur atau blok demokrasi kontra blok komunis Soviet. 

Apapaun soal besar yang terjadi ketika itu seperti kudeta menjatuhkan Soekarno itu, tidak akan bisa benar/tepat menilainya kalau tidak dikaitkan dengan kontradiksi pokok dunia ketika itu, artinya harus dikaitkan dengan kepentingan Blok Barat dan kepentingan Blok Timur itu secara politik maupun ekonomi.

Demikian juga sekarang ini atau tepatnya belakangan ini dimana hoax dan fake news beredar luas seluruh dunia terutama yang kita lihat di AS Trump dan Indonesia Jokowi. Di AS fake news meningkat secara sangat drastis setelah Trump berhasil jadi presiden. Mengapa begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun