Mohon tunggu...
ikhsan Hokage
ikhsan Hokage Mohon Tunggu... Atlet - Hobi menulis

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kupilih Agama Ayah

5 Juni 2019   02:22 Diperbarui: 5 Juni 2019   03:01 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

  Ternyata Ayahku sedang membaca sebuah koran dan duduk sambil lihat awan yang berteduh. ku melangkah 'kan kaki  dikit demi sedikit. Sambil ku lihat senyum ayahku. "Ada apa anak kamu kesini. Sudah  ada jawaban ta tentang  memilih agamamu?" Si Ayah ini. Bertanya sambil senyam-senyum. Melihat wajah anak yang terlalu manis.

"Boten Ayah, aku masi bingung ya tentang kubus hitam dan di putiran orang-orang banyak." Dengan suara yang mengejutkan. Sambil menanyakan bernada tinggi "Kapan kamu melihat  itu Nak?" 

Sambil ku jawab dengan nada yang rendah. "Aku gak melihat itu secara langsung ya. Tapi aku melihat hanya lewat mimpi"  Ayah menjawab dengan berhinang air mata.    "Betulkah itu Nak yang kau impikan"ayah ku bertanya dengan nada serius. Seoalah-olah tidak percaya

 "Betul Ayah" Saat aku selesai ke Tempat Ibadah Ibu. Aku berdoa kepada Tuhan Yesus Ayah. Setelah pulang dari sana. Aku cuci muk, kemudian aku berdoa tidur dengan doa Ayah dan Doanya Ibu. Kemudian Aku bermimpi di Tanah yang tandus dengan betuk Kubus dan disitu Banyak orang-orang yang melingkar. 

Ada cahaya yang menghapiriku, dan cahaya itu bersinar dan mengucapkan komando layaknya juri perang Ayah. Di mengucapkan kalimat yang asing di telingaku, dengan Ucapan "Kemarilah nak...Kemarilah nak...kemarilah... ! Ucapakan ini bila kamu ingin Selamat "Labaikallah Humma Labaik" orang bercahaya itu langsung hilang ya. Entah pergi kemana dia?

Ketika Ayah melihat cerita itu. Air mata Ayah menangis di sepanjang jalan. Tersinggup dan suaranya terdengar dengan hiruk suara yang sangat sedih. Heek..heek...heek..heek. lalu Ayah berbicara "Sungguh muliyah diri kamu Nak! Ayah ini sudah berapa tahun mejalani agama Ayah. Tapi tuhan tak pernah memperlihatkan rumahnya" ayahku tersontak terharu padaku

"Bentar Ayah, aku masih binggung. Bukannya rumah Ibadah Agama Ayah di Masjid?" ku tanya ayah sambil ku garuk kepala saya. Ya Ayahku, bisakah kau ceritakan aku dan tunjukan aku tempat itu Ayah. Apa si Arti Kubus itu Ayah. Kok... bisa orang-orang kesana dan menangis di depan kubus yang tak bernilai Ayah. 

Ku bicara seperti itu dengan nada tangisan. "Kamu tidak mengerti nak, itu tempat yang paling muliyah setelah Tanah Yarusalem nak. Aku mau cerita dengan kamu. Aku takut nak, bagaiamana aku mau cerita agamaku yang baik ini. Sedangkan saudaraku se agamaku merusak nilai-nilai tuhanku." Jawab Ayah dengan merasa piluh dan menyesalkan saudara-saudari agama.

"Bolehkah kamu cerita Ayah. Siapa yang membangun kubus itu!" Tanyaku sambil bernada menentang dan mencari kebenaran. "Kamu tau nak yang membangun kubus itu, Bapaknya para nabi nak, bukan manusia seperti saya nak yang selaluh berbuat dosa dan membangun dengan rasa capek dan tanpa ada ke ikhlas." Ayahku berbicara dengan nada yang lembut dan rasa menyesali berbuat saudara se Agamanya.

"Terus kenapa Saudara se Agama Ayah yang merusak. Padahal  bahwa agama Ayah yang paling benar di antara agama-agama yang lain." Saya bertanya dengan wajah Ayah yang sangat sedih. Sambilku tetes 'kan air mata berinang. "Saya tidak bisa menjawab seperti itu nak, "tapi nak" asal kamu tahu nak, tuhanmu itu bukan tuhan nak. 

Tapi itu wajahnya nabi dan itu masi keturunan dari yang bangun Kubu itu nak."  Suara nada ayah kecil dan berharap anak yang akhir ini memilih Agama Isalam. "Apa Ayah? betultkah yang katakan ini benar. Apa Ayah tidak bohong." Ku tinggi suaraku dan agak menentang Ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun