Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Fanatik Bebersih dengan Warna Putih

19 Mei 2020   17:21 Diperbarui: 20 Mei 2020   12:16 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam orangtua yang berdampingan sudah dibersihkan. (foto: dok pribadi)

Ada beberapa tradisi yang dulu diajarkan orangtua dan sampai sekarang masih dijalankan. Tradisi yang turun temurun, di antaranya kegiatan bersih-bersih sebelum Hari Raya Idul Fitri tiba. Kegiatan yang umum, yakni bebersih rumah dan kuburan.

Kegiatan bebersih itu, bukan asal dilakukan. Atau cuma latah ikut-ikutan. Namun selalu ada makna yang terkandung dari kegiatan tersebut. Intinya, untuk menyambut hari yang suci itu, harus diimbangi dengan kebersihan jiwa dan raga.

Dulu tradisi bebersih dilakukan seluruh masyarakat. Tidak pandang keluarga yang kaya, tapi keluarga yang kurang mampu pun berupaya melakukan bebersih. Jika dari kalangan berada, mereka melakukan pembenahan rumah dengan mengecat seluruh bagian tembok rumah.

Sementara warga yang kurang mampu pun tak mau ketinggalan ingin rumah terlihat ngejreng di hari Lebaran. Rumah mereka yang sekelilingnya menggunakan bilik turut dipercantik. Saya masih ingat betul, waktu disuruh orangtua untuk membeli kapur dalam bentuk bongkahan-bongkahan seperti batu ukuran kepalan tangan. Kapur itu kemudian dituangkan ke dalam air dan diaduk. Cairan kapur itu, istilahnya untuk melabur bilik rumah yang terbuat dari anyaman bambu.

Jadi pas hari Lebaran tiba, seluruh rumah yang ada di perkampungan baik yang dibangun dengan tembok maupun bilik anyaman bambu, terlihat ngejreng dan bersih. Banyak manfaat bebersih rumah menjelang Lebaran. Dampak langsung yang dirasakan, masyarakat akan enak jika saling berkunjung. Orang miskin tidak minder saat menerima kunjungan tetangga dari kalangan berada, karena rumahnya sudah bersih.

Saya pun masih melanjutkan kebiasaan orangtua, menjelang Lebaran mengecat tembok keliling rumah. Seperti terobsesi dengan kebiasaan orangtua yang dulu suka melabur bilik anyaman bambu dengan kapur sehingga warnanya putih. Saya sampai sekarang fanatik memilih cat warna putih untuk tembok rumah.

Makam mertua juga sudah bersih. (foto: dok. pribadi)
Makam mertua juga sudah bersih. (foto: dok. pribadi)

Walau kesannya tidak mengikuti trend perkembangan warna kekinian, saya merasa nyaman dengan warna putih. Pertama warna putih mengesankan kebersihan. Ruangan-ruangan dengan cat putih juga, jadi terasa lebih luas. Putih juga bisa berarti suci. Filosofinya, dengan putih hati kita dilapangkan dalam kesucian.

Selain mengecat tembok rumah, juga beberes isi rumah. Barang-barang yang dianggap tidak berfungsi lagi dikumpulkan. Sebenarnya masih bisa dipakai, namun untuk menambah keleluasaan ruangan, barang-barang tersebut terpaksa diafkir. Saya tawarkan ke beberapa tetangga barangkali berminat.

Dengan ruangan lebih lega, perasaan jadi tenang. Kalaupun ada tetangga yang bertamu akan enak menerimanya. Apalagi jika ada sanak keluarga yang datang dan merencanakan menginap, kalau ruangannya kosong dari barang-barang bisa menampung banyak orang.

Selain mengecat tembok rumah, tidak ketinggalan membersihkan makam orangtua dan mertua. Beruntung almarhum bapak dan almarhumah ibu bisa dimakamkan berdampingan, walau itu berada di pemakaman umum. Lokasi yang berdampingan itu memudahkan untuk pekerjaan bebersih.

Bebersih langsung di satu lokasi, tidak harus berpindah-pindah. Fisik pemakaman pun sudah dipermanenkan, dengan semenan nisan yang sudah jadi. Tidak lagi menggunakan tumpukan bata. Karena makam yang berdampingan, nisan bapak dan ibu dipesan dengan bentuk pasangan.

Menjelang Lebaran, lokasi nisan orangtua di pemakaman umum Kesinangan Kabupaten Cirebon sudah dibersihkan. Sekitar nisan sudah dibersihkan dari rerumputan dan pohon liar. Ini dimaksudkan, agar saat nyekar di hari Lebaran, anak cucunya merasa nyaman memanjatkan doa.

Bebersih juga dilakukan di nisan mertua yang berada di pemakaman keluarga kawasan Palimanan Kabupaten Cirebon. Tidak jauh beda, kegiatan bebersih meliputi membuat rerumpatan dan pohon liar. (Anwar Effendi)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun