Sosok renta itu sudah dikenal warga. Namanya Djarot Supriyono. Namun, warga sudah terbiasa memanggilnya Abah. Walau bukan dari kalangan berada, Abah sangat dihormati warga.
Tutur kata Abah selalu mengutamakan sopan santun. Bukan hanya kepada warga yang seumuran dengannya, tapi juga kepada yang muda termasuk anak-anak, bahasa Abah selalu lemah lembut. Itulah yang membuat Abah menjadi pribadi yang menyenangkan bagi siapa pun.
Jika menilik status ekonomi Abah, sebenarnya sangat memprihatinkan. Dia sudah ditinggalkan istrinya yang meninggal karena sakit. Abah sekarang tinggal bersama anak perempuan satu-satunya. Ironisnya lagi, Fatimah anak perempuannya itu diceraikan suaminya tanpa alasan jelas. Sementara Fatimah sudah dikaruniai satu anak, Mochamad Ramdan yang kini berusia tiga tahun.
Karena Fatimah tidak bekerja, praktis dia dan anaknya menjadi tanggungan Abah. Padahal Abah sendiri sudah lama tidak bekerja. Dia hanya mengandalkan belas kasihan para tetangga. Selama ini Abah suka mengajar anak-anak mengaji di masjid yang tidak jauh dari rumahnya.
Selepas salat Maghrib, Abah dengan balutan baju koko warna putih dan sarung motif kotak-kotak, mengumpulkan anak-anak untuk belajar mengaji. Kegiatan itu baru berakhir menjelang kumandang adzan Isya. Rutinitas setiap harinya selalu begitu.
Abah sendiri tidak pernah menuntut bayaran dari aktivitasnya itu. Dia sudah merasa senang melihat anak-anak kumpul di masjid. Abah merasa bahagia bisa menurunkan ilmu kepada anak-anak. Dia dengan telaten membimbing satu persatu anak hingga lancar melantunkan surat-surat dalam Alquran.
Abah juga selalu mengingatkan anak-anak untuk menjadi pribadi yang saleh dan saleha. Selalu beriman dan bertakwa kepada Allah SWt. Jangan meningalkan ajaran agama. Selain itu harus menurut dan berbakti kepada orangtua.
"Puasanya harus tuntas ya. Jangan sampai ketinggalan salat. Terus mumpung ini Bulan Ramadan, rajin-rajinlah membantu orangtua kalian. Nanti pahalanya dapat banyak," kata Abah kepada anak-anak, di suatu malam saat sesi belajar mengaji sudah selesai.
"Iya Abaaaah," jawab anak-anak serempak.
Anak-anak pun mencium tangan Abah. Mereka kemudian mengambil air wudlu. Bersiap diri untuk mengikuti salat Isya secara berjamaah. Abah tampil sebagai imam salat. Seperti biasa Abah mengenakan baju koko warna putih dan sarung kesayangannya bermotif kotak-kotak.