Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalanan Mulai Sepi, Pendapatan Pengamen Berkurang

23 April 2020   07:33 Diperbarui: 23 April 2020   07:41 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengamen asli terasa sangat menghibur. (foto: dok. pribadi)

Pengamen jalanan, kadang beda-beda tipis dengan preman. Tidak sedikit pengamen jalanan yang tak jelas menyanyikan lagu apa. Gitar asal bunyi, lagu tak tuntas, ujung-ujungnya sangat menggangu pengendara yang berhenti di lampu stopan.

Yang mengesalkan lagi, mereka tidak menjual kreativitas. Mereka cenderung menebar ancaman. Ada unsur-unsur melakukan intimidasi. Selesai gonjrang-gonjreng mereka mendatangi pengendara motor dan mobil dengan wajah garang. Seringkali tercium aroma minuman keras dari mulut mereka. Saat meminta uang sawer terlihat ada kesan memaksa.

Kalau kita memberi isyarat tidak punya uang receh, siap-siap saja menerima gerakan intimidasi. Mereka tetap menggedor-gedor kaca jendela mobil. Seolah mereka tidak mengerti dengan isyarat yang kita berikan. Kemudian jika kita membuka kaca jendela dan berkata dengan sangat sopan dan diawali kata maaf, maka bakal mendapat jawaban kata-kata yang kasar.

Itu pula yang membuat pengamen jalanan sering menjadi salah satu sasaran penertiban di tempat umum. Keberadaan mereka dianggap bisa mengganggu kenyamanan pengendara di jalan. Citra negatif itu tentu saja, merugikan para pengamen yang betul-betul menjajakan kreativitas.

Pengendara pun jadi malas mengeluarkan uang sawer. Mengingat sudah banyak kejadian, para pengamen setelah mendapatkan uang sawer justru dibelanjakan untuk minuman keras. Uang sawer yang didapatnya pun dilakukan dengan cara-cara kasar, seperti halnya preman jalanan.

"Betul Kang, kita juga tidak menampik, kalau banyak pengamen jalanan mirip dengan preman. Sejatinya mereka memang preman, cuma berkedok sebagai pengamen saja untuk mencari uang. Mana bisa mereka membawakan lagu-lagu dengan baik, suara yang jelas, musik yang enak, kalau kondisinya saja sedang dipengaruhi minuman keras," ujar Bram, pengamen yang biasa mangkal di perempatan Jalan Gatot Subroto-Jalan Malabar.

Biola dan pianika jadi andalan trio pengamen ini. (foto: dok. pribadi)
Biola dan pianika jadi andalan trio pengamen ini. (foto: dok. pribadi)
Berbeda dengan pengamen-pengamen pada umumnya, Bram memang menjadi pengamen jalanan dari hobinya menyanyi. Jadi dia benar-benar menjual kreativitas. Saat beraksi, kesannya tidak apa adanya. Dia ingin menghibur pengendara yang berhenti di lampu stopan dengan lagu yang benar. Bram tidak mendatangi satu per satu kendaraan, sambil gonjrang ganjreng memetik gitar.

Dia justru mengajak dua temannya untuk berkolaborasi menghibur pengendara yang berhenti di lampu stopan. Bram mengajak Erik dan Reno untuk memainkan musik secara benar. Lagu-lagu yang dibawakan pun sangat kekinian. Lagu dari grup band papan atas Indonesia, sudah mereka hafalkan. Mulai dari Noah, Armada, ST 12, Ungu, Kotak hingga Gigi bisa dimainkan mereka.

Ada juga yang membedakan trio pengamen ini dari pengamen lainnya. Jika pengamen lainnya mengandalkan gitar sebagai alat musik utama, trio pengamen itu justru mengabaikan gitar. Gitar saja mereka abaikan, apalagi alat musik tak bermutu seperti kecrek-kecrek dari tutup botol.

Itulah keunikannya. Mungkin ada juga yang mirp dilakukan trio pengamen ini, tapi tampaknya jarang. Mereka bertiga mengkolaborasikan alat musik gesek biola, alat musik tiup pianika dan drum buatan sendiri dengan memanfaatkan tabung pipa yang bagian atasnya ditutup karet. Walau tanpa petikan gitar, musik yang mereka bawakan justru enak didengar di telinga.

Saat beraksi, mereka berdiri di zebra cross menghadap kepada pengendara motor dan mobil yang sedang berhenti. Mereka memanfaatkan lampu saat menyala merah. Mereka mengenakan topi semua. Ternyata topi itu bukan sekadar pelindung kepala dari panas. Tapi dimanfaatkan juga untuk menerima uang sawer saat berkeliling ke sejumlah pengendara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun