Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Orang Batak Tangguh Hidup di Perantauan

21 April 2020   07:34 Diperbarui: 21 April 2020   08:25 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Afan Nainggolan bertahan di perantauan dengan profesi tukang tambal ban. (foto: dok. pribadi)

Pasti tidak heran jika mengetahui para tukang tambal ban yang buka lapak di sejumlah pinggir jalan Kota Bandung, berasal dari suku Batak. Mereka dikenal ulet dalam melakoni profesi yang banyak membantu pengguna kendaraan bermotor. Selain itu mereka sangat tangguh menghadapi kerasnya hidup di perantauan.

Hebatnya lagi, walau mereka berbeda-beda lokasi di daerah asalnya, tetap ada semangat untuk saling membantu dan mendorong. Di antara sesama tukang tambal ban, semangat kekeluargaannya masih terjaga. Di waktu-waktu tertentu mereka sering melakukan pertemuan.

Afan Nainggolan mengakui, sesama orang asal Batak masih terjaga ikatan keluarga yang sangat kuat. Terutama yang hidup di perantauan, sudah tidak aneh jika saling menolong. Jadi kalau ada temannya yang sedang dalam kesusahan, pasti dibantu. Itu sudah jadi tradisi dan berjalan turun-temurun.

"Apalagi jika mendengar warga Batak yang sudah sukses di perantauan, walaupun cuma menjalani profesi sebagai tukang tambal ban, maka ada saja warga satu daerah asalnya ikut bergabung. Bahkan keluarga yang berada di kampung halamannya, menitipkan perantau yang baru kepada yang dianggap sudah sukses," ungkap Nainggolan yang buka jasa tambal ban, dekat McDonald Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung.

Menambal ban yang bocor. (foto: dok. pribadi)
Menambal ban yang bocor. (foto: dok. pribadi)

Dijelaskan Nainggolan, sebagian besar tukang tambal ban di Kota Bandung memang berasal dari warga Batak. Mulanya memang begitu, sudah mendapatkan penghasilan yang mapan dari jasa tambal ban, lantas membawa atau mendapat titipan warga lainnya yang satu kampung halaman. Perantau yang baru belajar teknik menambal ban, kalau sudah mahir mencari lokasi sendiri yang strategis.

Marihot yang membuka tambal ban di Jalan Cipamokolan membenarkan apa yang dikatakan Afan Nainggolan. Mulanya dia ikut belajar kepada warga Batak yang sudah duluan membuka jasa tambal ban. Tidak perlu lama dirinya mendapatkan teknik menambal ban, kemudian diminta mencari lokasi sendiri yang strategis didatangi pengendara motor.

Dalam perkembangannya Marihot pun mengikuti kemajuan teknologi. Jadi keahliannya bukan cuma menambal ban dalam saja, dia juga mempelajari tambal ban tubeles yang ternyata prosesnya lebih mudah. Untuk menambal ban dalam biasa, dibutuhkan proses paling cepat 20 menit, karena menunggu pemanasan dan perekatan karet tambal ban di perapian. Tapi untuk ban tubeles, penambalan cukup memasukan material penutup bocor dengan cara ditusuk.

Mengapa warga Batak dikenal tangguh dalam menggeluti profesi jasa tambal ban? Mereka tidak cepat patah semangat sehari dua hari tidak mendapat konsumen. Mereka terus bertahan membuka usaha jasa tambal ban, bahkan sampai ada yang buka 24 jam. Luar biasa.

Memeriksa ban yang bocor. (foto: dok. pribadi)
Memeriksa ban yang bocor. (foto: dok. pribadi)

"Banyak juga loh, pengendara motor yang mengalami bocor ban di malam hari. Kalau saya buka 24 jam, lumayan kan bisa membantu mereka. Selama 15 tahun menggeluti usaha tambal ban, saya malah sering melayani pengendara di malam hari," ucap Bang ucok yang membuka usaha di kawasan Gedebage.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun