Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Jalan Ditutup, Tukang Air Bingung Mengantar Pesanan

13 April 2020   12:03 Diperbarui: 13 April 2020   12:17 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mang Asep mengisi air di pusat penampungan untuk dijajakan berkeliling sejumlah perumahan. (foto: dok. pribadi)


Mang Asep, Mang Tono, dan Mang Ade pagi-pagi sudah bersiap di tempat penampungan air ledeng (PDAM). Mereka mendorong gotrok yang mengangkut sebanyak 12 jeriken. Semua jeriken yang dibawanya diisi air sampai penuh.

Ketika semua jeriken sudah terisi air, mereka kembali mendorong gotrok dan  berkeliling dari satu jalan ke jalan lainnya. Menjajakan air bersih untuk keperluan warga di Kelurahan Derwati, Kelurahan Cipamokolan, Kelurahan Cisaranten Kidul, dan Kelurahan Gedebage Kota Bandung.

"Air air....air air....air air," begitu teriak mereka menawarkan air ledeng kepada sejumlah warga.

Di empat keluarahan itu, masih banyak rumah yang belum terpasang pipa jaringan PDAM. Kalaupun ada yang sudah terpasang, air PDAM tidak jelas ngocornya. Kadang warga harus menunggu malam hari, air PDAM baru bisa ditampung.

Maka keberadaan, Mang Asep, Mang Tono, dan Mang Ade sangat berharga bagi warga di empat kelurahan itu. Air dari pipa jaringan PDAM tidak bisa diandalkan, jadi banyak warga yang beli eceran ke penjaja air bersih. Apalagi kebutuhan air bersih, untuk memasak, minum, atau mencuci dan mandi tidak bisa ditunda-tunda waktunya.

Biasanya warga lebih sering membeli air bersih dari Mang Asep, Mang Tono dan Mang Ade di pagi hari. Ibu-ibu yang mau memasak sayur berkuah atau menanak nasi di pagi hari membutuhkan air bersih.

"Kebutuhan air bersih saya cukup banyak. Bukan cuma untuk memasak dan minum saja. Kadang mencuci pakaian juga pakai air ledeng beli ke Mang Asep. Soalnya, air tanah di sini juga jelek kalau untuk mencuci baju. Kalau mencuci pakai air tanah, baju jadi cepat berwarna kekuning-kuningan, sangat kelihatan sekali terutama di baju seragam sekolah yang berwarna putih," kata Ibu Puspa.

Persoalannya, yang membutuhkan air bersih yang dijajakan Mang Asep dan kawan-kawan, jumlahnya cukup banyak. Kadang siapa saja yang cepat dulu mencegat, maka dialah yang dapat kiriman. Walau warga datang langsung ke penampungan air ledeng, belum tentu dapat kiriman. Sebab bisa saja di perjalanan ada warga lain yang menghentikan Mang Asep untuk lebih dulu membeli air bersih tersebut.

Memang tidak bisa disalahkan kalau Mang Asep dan kawannya lebih dulu melayani warga yang mencegat, ketimbang memenuhi pemesan yang lain. Alasannya, orang yang mencegat rumahnya lebih dekat dari tempat penampungan air. 

Jadi Mang Asep tidak terlalu capek berkeliling, air yang dijajakan dalam jarak dekat sudah laku. Dia tinggal balik lagi ke penampungan air untuk mengisi jeriken dan berkeliling menuju ke tempat orang yang memesan.

"Kalau lagi keliling, terus ada yang minta diisi air, ya saya layani saja dulu. Biasanya ambil yang terdekat. Kalau yang dekat tak ada yang beli, baru melayani warga yang memesan yang rumahnya agak jauh. Pokoknya yang memesan, pasti didatangi dan jangan khawatir tidak dikirim," kata Mang Asep.

Ongkos angkut
Sekarang harga jual air yang dijajakan Mang Asep sudah Rp 2.500,00 per jeriken. Dia mengambil dari pusat penampungan air ledeng dan harus membayar Rp 2.000,00 per jeriken. Artinya Mang Asep dan kawan-kawan punya untung Rp 500,00 per jeriken. Menurut mereka, keuntungan itu, itung-itung ongkos angkut saja.

Sementara Mang Ade menuturkan, saat ini memang banyak yang membutuhkan kiriman air bersih. Masalahnya, para tukang jual air ini makin sulit menjangkau langganannya. Banyak jalan di perumahan ditutup terkait imbauah lock down, dan tukang jual air tidak bisa masuk.

"Muhun, ayeuna mah hese icalan cai (Betul sekarang susah jualan air). Gara-gara virus corona, di mana-mana jalan ditutup. Padahal tadi banyak warga yang pesan air lewat WA. Saya jadi bingung mengirimnya bagaimana?" ujar Mang Ade.

Hal senada diungkapkan Mang Tono, yang berjualan air keliling ke rumah-rumah terdekat dengan penampungan air. Langganan yang agak jauh, sekarang sulit terjangkau karena jalannya ditutup. Bisa juga jalan memutar dengan menggunakan jalan raya, tapi jaraknya tambah jauh dan lumayan melelahkan.

"Selama musim virus corona, jadi banyak pesanan warga yang diabaikan. Susah ngirim airnya. Mau lewat mana juga bingung. Banyak pintung gerbang ditutup dan tertulis lock down. Jadi cuma di sekitaran sini saja, jualan airnya. Risikonya air yang terjual, ya sedikit tidak seperti biasanya," ucap Mang Tono mengeluh.(Anwar Effendi)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun