Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berburu Sunrise di Kawasan Cukul

23 Maret 2020   04:17 Diperbarui: 23 Maret 2020   04:14 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu spot foto di Cukul Pass.

Kawasan perkebunan teh Cukul, Pangalengan, Kabupaten Bandung, menjadi tempat favorit wisatawan untuk berburu sunrise. Kemunculan matahari pagi hari di balik bukit-bukit menebarkan pesona luar biasa.

Cukul tidak hanya dikenal wisatawan lokal. Wisatawan luar Bandung pun banyak yang mengidamkan bisa hadir di sana saat pagi hari.

Sebelum mengunjungi Cukul di pagi hari, biasanya wisatawan luar kota menghabiskan suasana malamnya di Kota Bandung untuk berburu aneka kuliner. Setelah puas, mereka mengistirahatkan diri di hotel.

Baru pada dini hari, kira-kira pukul 03.00, para wisatawan luar kota keluar dari hotel dan menuju kawasan Bandung selatan. Mengapa harus pukul 03.000 melakukan pemberangkatan?

Fasilitas di Cukul masih sederhana.
Fasilitas di Cukul masih sederhana.

Itu dilakukan agar tidak terlambat mendapatkan momen kemunculan matahari (sunrise). Waktu tempuh normal dari pusat kota Bandung ke kawasan perkebunan teh Cukul memang kira-kira dua jam.

Jadi kalau berangkat pukul 03.00 sampai di tujuan kira-kira pukul 05.00. Dengan perkiraan seperti itu, wisatawan tidak perlu tergesa-gesa di perjalanan.

Selain itu, masih bisa punya waktu tunggu, bersantai-santai dan mencari spot foto yang pas. Dari pintu masuk, pada area Cukul Pass, banyak tempat yang cocok untuk berselfie atau mengabadikan keindahan alam setempat.

Oh iya, untuk memasuki area Cukul Pass, pengunjung hanya dikenakan tiket seharga Rp 10.000,00. Di sana ada fasilitas toilet, tempat shalat, tempat duduk, saung-saung untuk beristirahat, dan panggung-panggung bambu yang menjorok ke sisi jurang.

Dari ketinggian bisa melihat jalan yang berkelak-kelok.
Dari ketinggian bisa melihat jalan yang berkelak-kelok.

Karena keberangkatan wisatawan kebanyakan dilakukan dini hari, jadi perlu kewaspadaan sepanjang perjalanan. Medan jalan menuju Cukul cenderung menanjak dan memiliki beberapa tikungan.

Hati-hati, penerangan jalan di sana kurang banyak. Ada beberapa titik jalan yang gelap. Bahayanya di tikungan, sering ada kendaraan yang tidak terduga. Biasanya kendaraan dari arah berlawanan merupakan mobil petani yang mengangkut hasil kebun yang akan dijual ke pasar pagi hari.

Kalau cuaca bagus, wisatawan bisa menikmati kerlap-kerlip bintang di awan selama perjalanan. Cuma perlu diketahui wisatawan, kawasan Cukul yang berada di Pangalengan bercuaca dingin. Pada musim kemarau saja sering turun kabut. Pastinya cuaca bakal makin tidak bersahabat jika turun hujan.

Ada baiknya wisatawan membawa perbekalan makanan dan minuman sendiri. Pada dini hari masih sulit untuk menjumpai pedagang sepanjang jalan. Sementara wisatawan yang "tidak tahan banting", siapkan obat pusing dan atau mual. Itu penting sebagai antisipasi perjalanan yang sering berkelak-kelok.

Sebagian pengunjung kawasan Cukul adalah anak muda. Terutama mereka yang sedang memadu kasih. Pasangan kekasih sering dijumpai di sana. Mereka tampaknya menginginkan suasana romantis di antara perkebunan teh.

Sejauh mata memandang, terlihat hijaunya perkebunan teh.
Sejauh mata memandang, terlihat hijaunya perkebunan teh.
Sejauh mata memandang, memang banyak menjumpai hijau rimbunnya pohon teh. Mata jadi segar disuguhkan hijaunya bukit dan lembah, tanpa polusi atau hiruk pikuk kota. Kawawan Cukul cocok untuk menenangkan diri dan menikmati keindahan alam.

Pemandangan lainnya yang menarik kawasan itu ada sebuah kolam dengan bangunan vila yang arsitekturnya cukup unik. Struktur vila itu, mengingatkan bangunan-bangunan di kawasan perkebunan Jerman. Tidak heran jika rumah tersebut dikenal denan nama Vila Jerman.

Cuma warga setempat ada juga yang menyebut bangunan itu sebagai Vila Merah, sekalipun tidak berwarna merah. Nama Vila Merah muncul dilatarbelakangi kejadi zaman dulu. Dimana saat itu sempat terjadi pembunuhan dan darah korbannya berceceran meninggalkan noda berwarna merah.

Konon arwah korban pembunhan itu suka gentayangan. Menurut cerita buruh pemetik teh setempat, kemunculan arwah sering ditandai dengan suara-suara aneh. Atau ada jeritan yang berasal dari rumah tersebut.

Jadi bagi wisatawan tidak perlu mengunjungi vila tersebut kalau cuma iseng. Lebih baik menunggu kemunculan sinar matahari dari balik bukit. Berdoa saja, saat berkunjung ke sana cuaca tidak turun hujan.(Anwar Effendi)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun