Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Cerita Mistis yang Menyelimuti Gunung Ciremai

22 Maret 2020   05:35 Diperbarui: 17 Juni 2021   15:08 9532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendaki mendirikan tenda untuk bermalam (dok. pribadi)

Selalu ada cerita mistis yang menyelimuti keberadaan gunung. Percaya tidak percaya, kadang ada kejadian yang bisa dikait-kaitkan dengan hal-hal ghaib.

Termasuk Gunung Ciremai yang masuk wilayah Majalengka dan Kuningan Jawa Barat. Gunung dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, selain jadi tempat favorit pendakian, juga menyampaikan pesan kearifan lokal.

Artinya, para pendaki selain harus memiliki teknik yang baik dan stamina yang fit, juga diminta menghormati tradisi setempat yang berlangsung turun temurun. Jika mengabaikan hal itu, bukan tidak mungkin mendapat masalah selama perjalanan.

Secara umum, pendakian Gunung Ciremai bisa menggunakan tiga jalur. Di Kuningan ada dua jalur, yakni bisa lewat Linggarjati, bisa juga memilih jalur Palutungan. Sementara jalur favorit di Majalengka, melintasi Desa Argalingga Kecamatan Argapura, tepatnya Blok Apuy.

Dulu, sebelum gencar gerakan zero waste (bebas sampah), di beberapa jalur pendakian Gunung Ciremai sering ditemukan plastik-plastik berisi air kekuningan yang tergantung di ranting-ranting pohon.

Jangan coba coba mendekat atau atau memecahkannya. Dari jarak satu meter saja sudah tercium bau pesing. Ya, air yang terbungkus plastik dan digantungkan di ranting pohon itu, merupkan air kencing para pendaki.

Mengapa para pendaki zaman dulu melakukan hal itu di Gunung Ciremai? Dulu ada kepercayaan yang menghinggapi pendaki, jangan kencing sembarangan di jalur pendakian Ciremai.

Kalaupun kebelet, solusinya ya itu tadi. Air kencing dimasukan ke plastik. Lantas tidak boleh dibuang sembarangan kecuali digantungkan di ranting pohon. Kalau melanggar tradisi itu bisa mendapat celaka.

Komunitas pendaki siap melakukan bebersih sampah (dok. pribadi)
Komunitas pendaki siap melakukan bebersih sampah (dok. pribadi)
Tapi zaman terus bergeser. Pendaki kekinian yang lebih sadar lingkungan, memandang tradisi menggantungkan plastik berisi air kencing di ranting pohon, sangat tidak elok. Gerakan bebersih gunung terus dilakukan. Termasuk menghilangkan tradisi buruk para pendaki, yang membuang sampah sembarangan.

Perbekalan pendaki, diupayakan semaksimal mungkin tanpa sampah. Sebaliknya, selama pendakian diimbau untuk memunguti sampah. Namun sampai kini masih ada saja pendaki yang bandel. Terbukti setiap digelar operasi, selalu didapati sampah dalam jumlah puluhan karung.

Hal lain yang masih dipegang teguh para pendaki, yakni minta izin kepada kuncen/sesepuh warga setempat, di samping menempuh perizinan kepada petugas. Kuncen di Blok Apuy biasanya memanjatkan doa keselamatan mengiringi perjalanan para pendaki mencapai puncak dan kembali turun tanpa kurang apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun