Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Telur Asin Mawar Bikin Pelanggan Ketagihan

18 Maret 2020   12:06 Diperbarui: 18 Maret 2020   13:28 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telur asin Mawar di Kelurahan Derwati Kecataman Rancasari Kota Bandung cukup dikenal masyarakat. Usaha yang dilakoni secara turun temurun di Kampung Rancacili itu, tetap bertahan walau menghadapi gempuran krisis ekonomi.

Ibu Suryati (62 tahun) kini menjadi generasi ketiga dari usaha pembuatan telur asin Mawar. Dia memperoleh teknik pembuatan telur asin yang diturunkan dari kakek-neneknya dan berlanjut ke kedua orangtuanya.

Kini Ibu Suryati yang biasa dipangil ibu Yayat sudah 35 tahun menggeluti usaha telur asin. Dia mengalami pasang surut usahanya. Kendala utamanya, makin sulit meperoleh bahan baku telur bebek.

"Dulu di awal-awal usaha, mendapatkan bahan baku telur bebek gampang. Soalnya di lingkungan sini, banyak yang pelihara bebek. Ada beberapa yang yang bertani sambil beternak bebek. Tapi generasi sekarang sedikit saja yang mau beternak bebek," tutur Ibu Suryati.

Menurut Suryati, karena sulitnya mendapatkan bahan baku, kadang ada beberapa pesanan dalam jumlah besar terpaksa tidak terpenuhi. Jadi selama ini, produksi hanya untuk memenuhi penjualan sehari-hari keliling kampung.


Suryati mengungkapkan, dalam sehari dirinya bisa menjual 150 hingga 200 butir. Dia berkeliling mulai pukul 07.00 dan tidak sampai tengah hari sudah habis. Telur asin buatannya memang sudah dikenal sejumlah pelanggan.

Suryati menjajakan telur asin, selain di Kampung Rancacili, juga ke kompleks Nuansa Indah, Saluyu Indah, Kemakmuran, Keadilan, dan Sentosa. Saat berkeliling, bukan hanya telur asin yang ditawarkan, tapi juga telur bebek dalam bentuk masih mentah.

"Soalnya ada juga pelanggan yang pesan telur bebek mentah. Biasanya untuk campuran jamu. Ada yang punya keyakinan, makan merah telur bebek bisa menambah stamina. Tapi saya sedikit saja bawa telur bebek mentah, pembeli lebih banyak memilih telur asin," ucapnya.

Proses pembuatan telur asin yang dilakukan Suryati terbilang masih sederhana. Dia masih menggunakan adonan abu gosok yang sudah diaduk dengan air garam. Telur bebek pilihannya yang sudah diampelas kemudian dimasukan kedalam adonan abu gosok dan air garam.

"Orangtua saya dulu mengajarinya begitu. Setelah diperam beberapa hari, telur tersebut baru dikukus. Alhamdulillah sampai sekarang hasilnya selalu bagus. Belum ada pelanggan yang komplen," ujarnya.


Cuma sekarang, lanjut Suryati, repot mendapatkan bahan baku. Kadang selang dua hari baru mendapatn 300 butir. sementara penjualan sehari bisa mencapai 150 butir. Untuk mendapatkan bahan baku telur bebek mentah, Suryati tinggal menunggu kiriman dari para peternak. Kini dia khawatir karena jumlah peternak bebek di lingkungannya makin berkurang.

Soal kualitas telur asin Mawar memang diakui sejumlah pelanggan. Seperti dituturkan Ibu Triastuti yang mengatakan, rasa telur asin Mawar sangat pas di lidah. Tidak pernah mendapatkan telur yang buruk dari Ibu Suryati.

"Tidak sepah, tidak terlalu asin. Selalu pas. Jadi anak-anak juga merasa cocok. Sering dimakannya saat untuk sarapan. Kalau gak sempat masak, ya sarapannya makan telur asin Mawar," tambah Triasturi.

Pelanggan lain, Ibu Heni mengungkapkan kalau keluarganya sejak lama mengkonsumsi telur asin Mawar. Setelah mencicipi telur asin Mawar, keluarganya serasa tidak bisa menerima telur asin lainnya.

"Sudah jadi pilihan utama. Telur asin mawar rasanya tidak pernah mengecewakan. Yang kami lebih suka lagi, kalau dibelah telur asin Mawar warna merahnya cerah seperti berminyak. Itu yang membuat ketagihan," pungkasnya.(Anwar Effendi)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun