Mohon tunggu...
Prisca Kiong
Prisca Kiong Mohon Tunggu... Penulis

Travel Blogger yang menyukai adat dan seni budaya di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Jaranan Campursari Turonggo Sekar Budoyo : Menjaga Nyala Jaranan Klasik di Blitar

4 Februari 2025   10:51 Diperbarui: 4 Februari 2025   12:05 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Kirab Goa Tumpuk, Selokajang, Kab.Blitar. 25/01/2025 (Sumber:Agus)

Blitar - Di tengah derasnya arus modernisasi, Turonggo Sekar Budoyo tetap teguh mempertahankan kesenian jaranan klasik khas Blitar. Di bawah kepemimpinan Bapak Imam Sapi'i, kelompok seni ini terus berjuang melestarikan tarian tradisional yang semakin tenggelam di tengah maraknya modifikasi kesenian jaranan dengan unsur-unsur modern.

Ditemui di kediamannya di Dusun Tumpak, Desa Purwodadi, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Bapak Imam Sapi'i mengungkapkan kegelisahannya terhadap semakin berkurangnya kesenian jaranan dengan pakem lama. "Kalau semua mengikuti tren, lama-lama yang asli akan hilang. Saya ingin menjaga warisan ini tetap hidup," ujarnya.

Turonggo Sekar Budoyo berdiri tujuh tahun lalu, namun baru menggunakan nama tersebut dalam empat tahun terakhir. Dalam setiap pementasan, mereka menyuguhkan tarian Jaranan Jawa Klasik untuk penari putra, Jaranan Senterewe untuk penari putri, serta Barongan Kucingan Karanggayam sebagai elemen barongnya. Dengan komposisi ini, mereka ingin mempertahankan keaslian gerakan dan estetika jaranan khas Blitar.

Barongan Kucingan Karanggayam (Sumber:Agus)
Barongan Kucingan Karanggayam (Sumber:Agus)

Saat ini, kelompok Turonggo Sekar Budoyo memiliki sekitar 50 anggota yang terdiri dari penari, penabuh gamelan, sinden, dan kru lainnya. Menariknya, mereka tidak memiliki pemain cadangan. Jika ada kekurangan, Pak Imam sendiri yang turun tangan agar pertunjukan tetap berjalan. "Yang penting, penonton bisa menikmati sajian yang tertata dengan baik," tambahnya.

Perjalanan Turonggo Sekar Budoyo tentu tidak lepas dari tantangan. Minimnya bantuan dana dari pemerintah membuat mereka harus mengandalkan hasil pentas untuk membeli perlengkapan secara bertahap. "Kami beli sedikit demi sedikit dari hasil tanggapan. Kadang ada yang meminjamkan peralatan jika dibutuhkan," ungkap Pak Imam.

Dalam hal gaya tarian, kelompok ini tetap setia pada gaya khas Blitaran. Mereka menggunakan kuda kepang berukuran lebih kecil, yang memungkinkan gerakan lebih dinamis dan tidak monoton. Selain itu, mereka menampilkan pertunjukan dengan suasana yang tenang dan tertata. Sehingga bisa dilakukan tanpa pagar pembatas dan jauh dari potensi kericuhan. "Saya ingin pertunjukan ini bisa dinikmati dengan santai, bukan sekadar tontonan, tapi juga ada tatanan dan tuntunan," tegasnya.

Pemain Putra Tari Jaranan Klasik (Sumber: Agus)
Pemain Putra Tari Jaranan Klasik (Sumber: Agus)

Di saat banyak kelompok jaranan mengikuti arus modern dengan memasukkan unsur dangdut dan modifikasi lainnya, Pak Imam memilih untuk tetap mempertahankan tradisi lama. "Saya ingin Turonggo Sekar Budoyo memiliki ciri khas tersendiri, agar jaranan klasik tetap hidup," katanya.

Keseriusan mereka dalam menjaga orisinalitas mulai menarik perhatian. Pada penampilan dalam Kirab Goa Tumpeng 25 Januari 2025 lalu, aksi mereka sudah didokumentasikan oleh beberapa YouTuber hingga selesai. Ini menjadi langkah awal dalam memperkenalkan kesenian jaranan klasik Blitar ke khalayak yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun