Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis dan Penulis

Freelance || Writer || Reading || Cofee || Sampaikanlah Kebenaran Dengan Pemahaman Orang Banyak || Manjadda wa Jada || E-Mail: pecandusastra96@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mengarungi Keteladanan Sang Guru Pamong

14 Januari 2022   10:37 Diperbarui: 14 Januari 2022   10:44 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Sang Guru Pamong. Foto Pecandu Sastra/2021. Ist

"Pada dasarnya, aku benci pelanggaran. Praja yang sengaja menyimpang dari ketentuan, artinya telah mengkhianati negeri ini. Karena seluruh fasilitas pendidikan yang mereka peroleh berasal sepenuhnya dari uang rakyat Indonesia. Itulah makanya, aku kerap menyemprot mereka; sekolah nggak bayar aja sombong. Gombal kalian!" (Indrarto, hal 229).

Sepenggal kalimat di atas yang saya kutip dari buku "Sang Guru Pamong" karya Pak Indrarto dan Jose Rizal ini secara tidak langsung menampar diri saya, meski saya bukan seorang pegawai negeri sipil (PNS).

Buku yang mengangkat kisah kehidupan di sekolah pamong dengan tebal xxx + 474 halaman ini menceritakan kisah seorang Pak Indrarto yang merupakan pengasuh sekaligus pendidik di sekolah pamong. 

Sosok yang menjaga kedisiplinan, tanggung jawab, mencintai tugasnya, mengayomi anak didik, memberikan contoh terlebih dahulu, berintegritas, dan sebagainya.

Karakter yang dimilikinya, bagi saya sangat harus dimiliki pula bagi seorang PNS. Tidak hanya murid-murid di sekolah pamong (APDN, STPDN, dan IPDN) saja.

Sosoknya sangat layak dijadikan rol model untuk PNS. Sebab, selama ini kita tahu bagaimana seorang tentara yang ideal; seperti Jenderal Soedirman. Polisi yang ideal seperti Jenderal Hoegeng. Namun, untuk pegawai negeri yang ideal belum ada yang menonjol. 

Padahal, banyak dari kita yang berkeinginan menjadi seorang PNS. Artinya, PNS ini sangat dekat dengan kehidupan kita, namun belum ada pahlawannya.

Banyak teladan yang bisa diambil dari Pak Indrarto, salah satunya pantang terima suap. Karena baginya, ia bekerja langsung kepada Allah.

Saya mengutip sebuah percakapan saat Pak Indrarto turut dalam penyeleksian calon mahasiswa sekolah pamong. Suatu ketika ia dihampiri seorang bapak yang seketika itu berdiri di hadapannya dengan memegang sebuah amplop tebal. Nampaknya si bapak itu meminta agar Pak Indrarto dapat membantu dalam hal kelulusan anaknya.

"Bapak ingin anaknya lulus?" ujar Pak Indrarto kepada bapak itu.

"Iya Pak. Saya sangat berharap."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun