Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Soal 4X6 Bikin Heboh Dunia! Tunggu Saya Jadi Mendikbud

23 September 2014   17:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:50 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://assets.kompas.com/data/photo/2014/09/22/2017473empat-kali-enam780x390.jpg

Tenyata heboh persoalan 4X6 belum selesai di jagad media hingga 3 kali matahari terbit. Tampaknya akan terus begulir semakin seru-suheru. Banyak sudut pandang pengamat dan pemberi komentar yang memperkaya pemikiran sekaligus mempermiskin kepercayaan. Persoalan tersebut bahkan telah jadi trending topik di media maya, media nyata dan media akhirat.

Ragam pemikiran dari berbagai aspek menguliti persoalan perkalian 4x6. Setelah diamati dengan seks-sama, terdapat sudut pandang bahasa, sastra, kesehatan (kedokteran), sejarah, hukum, politik dan lain sebagainya.

Dari aspek bahasa mencoba menjelaskan pengertian 4X6 dengan bahasa Indonesia yang benar. Diturunkanlah prinsip teori DM dan MD untuk membedahnya. Konon, matematika adalah persoalan bahasa, bukan persoalan operasi perhitungan bilangan.

Dari aspek satra mencoba menjelaskan pemilihan diksi yang indah untk mengekspresikan operasi perkalian 4x6. Bagaimana imaginasi bisa termuat dalam setiap bait literasinya sehingga menghadirkan estetika perkalian dari pemilihan diksi yang mampu memberi klimaks. Persoalan 4x6 bukan pada hasil, karena hasil bagi sastra adalah kepuasana estetis yang relatif, sebuah orgasme keindahan.

1411443350931463585
1411443350931463585
http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/20140923_030415_20140923_empat_enam.jpg

Dari aspek kesehatan sudah sangat jelas bahwa bila 4X6 bila tidak segera diselesaikan akan memperburuk kesehatan tubuh. Penyakitnya akan menjalar ke sel-sel yang bisa membahayakan organ-organ seperti syaraf motorik dan bahkan merusak urat malu. Belum lagi bila dosis obat 4X6 disalahtafsirkan 6X4 bisa membuat obat bekerja tidak optimal dan meracuni lambung dan batang otak.

Dari aspek sejarah mencoba mengupas masalah itu dengan berpijak pada pengalaman masa lalu si pengamat saat masih sekolah dasar. Pelaku sejarahnya yakni para guru SD mereka ada yang sudah meninggal dan ada yang masih hidup. Keduanya bisa dihadirkan sebagai narasumber asli (native speaker). Untuk yang sudah meninggal bisa didatangkan dengan paket perjalanan khusus dari akherat.

Dari aspek hukum mempertanyakan keabsahan 6X4 terhadap 4X6 mengingat saat perkalian itu terjadi tidak ada saksi dan bukti otentik di TKP. Namun itu semua masih bisa dibuktikan dengan uji sampel spesimen di puslabfor Polri dan hasil uji dokter forensik. Selain itu lokus kejadian 4X6 masih steril terhadap 6X4. Uniknya, banyak pengacara yang berminat menangani persoalan 4x6 ini dengan bekal pasal-pasal pembelaan hukum yang maha canggih !

Yang paling seksi adalah dari aspek politis. Bayangkan, bila hitungan 4x6 telah masuk ranah politis. Hasilnya cincai-cincai sajalah. Mereka tidak mempersoalkan hasil perkalian 4x6 dan 6x4 melainkan bagaimana bargain position menguntungkan yang bisa didapat dari kedua kubu itu.Diam-diam para politikus itu bermain dua kaki ! Tentu saja argumentasinya adalah demi kepentingan rakyat.

Melihat cangkarut persoalan 4x6 dan 6x4 itu, saya sebagai orang yang paling pintar dan ganteng di Kompasiana ini tidak mau tinggal diam. Rasa nasionalisme saya menggelora. Saya kemudian memanggil dua orang penasehat spiritual dari balik gunung kembar dan lembah yang lembab. Mereka adalah Pakde Kartono dan mas Jati. Pakde Kartono bercenayang dalam hal kemapanan kinyis-kinyis, sementara mas Jati dengan faham Habulism menawarkan erotisme persoalan.

Hasil dari rembuk kami bertiga bahwa heboh 4x6 dan 6x4 merupakan persoalan sistem pendidikan negeri ini yang masih sangat miskin kreatifitas dan integritas. Selain itu karena tidak meratanya mutu pendidikan antara berbagai wilayah. Ini terbukti dari ragam pendapat yang timpang. Ada yang maju dan ada yang miskin. Sentuhan pelayanan tampak tidak merata.

Berdasarkan hal tersebut, saya terpanggil untuk menyelesaikannya. Caranya adalah saya harus menjadi Mendikbud dahulu, mumpung Jokowi sedang menggodok nama-nama calon menteri. Saya yakin bila saya jadi Mendikbud persoaan 4x6 dan 6x4 akan selesai dalam hitungan detik ! Lho,kok saya yang jadi Mendikbud? Tentu saja, karena sayalah yang menulis artikel ini. Jadi punya otoritas penuh mau jadi apapun dalam tulisan saya. Anda toh cuma pembacanya saja. Paham? Heu..heu..heu...

Salam Kompasiana

1411443817209907323
1411443817209907323
http://cdn.klimg.com/otosia.com/g/album_foto_polwan_cantik_part_1/p/polwan_cantik_memukau-20131030-015-editor.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun