Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penulis Kuat !

17 Februari 2016   03:42 Diperbarui: 23 April 2016   15:11 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi II sumber gambar : http://penulispro.net/wp-content/uploads/2015/08/foto-arti"][/caption]

"Sampai kapan anda akan menulis?"
Itu sebuah pertanyaan sederhana namun mungkin sulit dijawab. Bayangkan bila pertanyaan itu muncul dari diri sendiri 'Sampai kapan saya akan menulis?' Pertanyaan ini menuntut bukan sekedar jawaban suka-suka melainkan sebuah komitmen diri. Konteks 'kapan' berkaitan dengan agenda ke depan.

'Saya akan menulis sampai tua', atau 'saya akan menulis sampai semampunya'. Demikian dua buah contoh jawaban klasik dan bernada 'heroik'. Menulis baginya adalah 'perjuangan' yang tak kenal takut dan lelah ‘melawan’ sesuatu yang ada di dalam dan di luar dirinya. Sebuah aura spirit dan tekad yang positif. Kedua pernyataan (aforisme) tersebut jadi 'pegangan' untuk menguatkan diri si Penulis menjalani kepenulisannya.

Pertanyaan berikutnya, anda menulis untuk apa? Jawabannya banyak.
Setiap orang kini tak lagi dibatasi waktu karena setiap waktu yang dilalui ada dinamikanya. Tujuan menulis hari ini, besok, lusa dan seterusnya bisa berubah. Bila semua jawaban (tujuan) dikelompokkan akan menghasilkan 'cuma' dua kelompok besar, yakni 'Dimensi dalam diri' dan 'Dimensi di luar diri' si Penulis.

Dimensi Diri

Dimensi di dalam diri mengacu pada 'kegunaan' bagi diri sendiri, misalnya : agar saya 'mampu melawan lupa', 'tidak pikun', ' tetap mawas diri’, 'menemukan jati diri', dan lain sebagainya. Pernyataan ini sepintas seolah sikap mementingkan diri sendiri (egois dan narsis). Seolah sebuah sikap yang dianggap tak terpuji dalam etika pergaulan.

Dimensi di luar diri mengacu pada 'kegunaan tulisan' bagi lingkungan, sebuah entitas di luar diri sendiri. Bisa kepada orang lain, alam, lembaga, dan lain sebagainya. Pertanyaannya, apakah kegiatan Menulis menjadi sebuah sikap ‘tak berempati pada lingkungan’? Apa bentuk diri yang menjadi kegunaan bagi entitas di luar diri?

Dari dua dimensi itu mana yang lebih diutamakan?

Penulis yang Kuat Penuh Cinta

Tujuan menulis sebagai ‘kegunaan’ tidak akan tercapai bila si Penulis sendiri tak mampu mengantarkan pesannya lewat tulisan. Agar mampu, si Penulis harus 'Kuat’ terlebih dahulu, yakni punya Power (tenaga dan pikiran yang sehat), dan memiliki Skill (keahlian).

Persoalan skill bisa didapatkan dengan melatih diri secara terus menerus cara mengungkapkan buah pikiran ke dalam rangkaian kata dan kalimat, cara mendapatkan atau memilih issu/tema tulisan, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun