Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pencarian Jiwa Baru

8 Juli 2016   12:05 Diperbarui: 8 Juli 2016   12:51 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ; https://maulidamulyarahmawati.files.wordpress.com/2011/04/embun-pagi.jpg"][/caption]

Embun baru usai menuntaskan petanda malam. Kemudian disuguhkannya bening di pagi dini hari.

Kata orang, jiwa baru adalah hasil senyawa. Tapi bukan mutlak dimiliki ion-ion profan. Pada saat itu udara kembali pada awal mula. Berolah adi rupa menjadi nutrisi bagi santapan kaum penghirup nadi profan.

Hening kemudian bertanya pada alam di dalam diam, Apakah saat masuk di paru dan darah membentuk jiwa baru? Berapa jiwa baru terbentuk bila seluruh waktu dihitung ulang?

Semua bergegas. Alam pun didefenisikan. Bahwa embun pagi lah yang bersihkan udara kotor yang terisi beragam hasrat hitam sepanjang hari tadi.

Defenisi kemudian hadirkan pemaknaan. Bertemu aneka logika dan fenomena. Berputar-putar dan bersemayam di setiap benak naif. Banyak makna berserakan dan berserah. Dia tawarkan diri untuk dikuasai.

Sejatinya, jiwa bebas diam sejenak. Mendengarkan nurani. Mengisi strategi. Berjuang tanpa jeda agar tak dilempar ke dalam hasrat hitam sepanjang siang. Disitulah akan ditemukan jiwa baru.

-------

Perbianov8/07/2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun