Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menulis di Kompasiana, Perlu Data?

29 Oktober 2016   13:20 Diperbarui: 29 Oktober 2016   16:07 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Sebuah tulisan nonfiksi dalam bentuk artikel populer atau opini, apalagi tulisan ilmiah membutuhkan yang namanya data. Sejumlah tulisan fiksi pun membutuhkan data sebagai dasar membangun setting cerita fiksi dan sumber inpirasi karya.

Data berperan penting bagi pembentukan artikel. Secara teknis, data digunakan sebagai dasar isu yang diangkat pada tema tulisan, penunjang pemahaman satu bagian atau keseluruhan isu, dan lain-lain. Secara nonteknis, data menentukan nilai sebuah artikel. Tulisan dianggap bernilai bila menggunakan data valid. Nilai tersebut menjadi ukuran kualitas tulisan. Semakin valid data maka kualitas tulisan semakin baik. Tentu saja hal itu juga tak lepas dari cara penyajiannya di dalam artikel sehingga mudah dipahami pembaca.

Mendapatkan Data

Data untuk menulis bisa didapatkan dari berbagai sumber data, asal data, dan cara mengumpulkan data. Semua itu tergantung kebutuhan si penulis. Secara garis besar ada dua macam data; Pertama, Data primer, yakni data yang langsung didapatkan dari fakta-fakta di lapangan, misalnya lewat wawancara, pengamatan (survei) dan pengalaman si penulis yang dinyatakannya dalam bentuk catatan, gambar, rekaman audio-visual, dan media lainnya. Di sini si penulis mengolah fakta lapangan terlebih dahulu untuk dijadikan sebuah data.

Kedua, Data Sekunder, yakni data yang didapatkan dari pihak lain dalam bentuk sudah jadi, misalnya dalam bentuk tulisan, rekaman, dan media lain. Di sini penulis tidak lagi mengolah fakta lapangan, melainkan langsung mendapatkan data jadi dari pihak lain. Persoalan fakta adalah tanggung jawab pihak tersebut ketika menjadikannya sebuah data. Disinilah si penulis harus jeli dalam 'melihat dan mengambil' data sekunder tersebut valid atau tidak valid.

Data untuk Tulisan Populer Kompasiana

Tulisan yang ada di Kompasiana tergolong Tulisan Populer, baik fiksi maupun nonfiksi. Pada umumnya si penulis menyampaikan tulisan dengan bahasa, tata penyajian (alur), cara membangun logika (metode), dan sumber data tidak terikat pada aturan baku secara ketat. Tak sedikit yang menyelipkan kalimat humor segar dalam salah satu paragraf. Namun demikian, tulisan populer yang berkualitas sangat menghargai aturan baku tersebut dengan cara menghadirkannya di tulisan.

Hal mencolok dalam tulisan populer adalah pada tata bahasa, khususnya pada tulisan opini dan reportase. Biasanya si penulis banyak menggunakan 'bahasa sehari-hari' untuk memikat pembaca. Banyak aturan baku bahasa dia 'langgar' bukan bermaksud 'tak taat aturan' melainkan ingin membawa pembaca pada situasi rileks (nyaman) saat menikmati tulisan tersebut.

Persoalan bangunan logika dan metode ilmiah pada tulisan populer sering kali tidak begitu diutamakan. Begitu juga pencatuman sumber data. Dalam hal ini si penulis beranggapan pembaca sudah mengetahui data (issue) yang berkaitan dengan tulisannya. Misalnya issue (data) dari berita mainstream yang berkaitan 'kata-kata kasar' Ahok sebagai Gubernur DKI. Dalam benak sebagian pembaca sudah terbentuk labeling 'kasar' pada cara Ahok berkomunikasi politik. Labeling itu terbentuk dari banyak pemberitaan dan opini dari peristiwa yang sejenis tentang Ahok.

Pada sejumlah rubrik seperti Politik dan Humaniora, sangat jarang tulisan opini berangkat dari data primer melainkan data sekunder. Sedangkan tulisan reportase memang harus dalam bentuk data primer. Si penulis lah yang langsung meliput peristiwa sesuai fakta yang dilihatnya di lapangan. Hasilnya berupa artikel laporan apa adanya di lapangan sesuai kedalaman pengamatan si penulis.

Sementara tulisan Opini di rubrik Politik kebanyakan berdasarkan data sekunder yang didapat dari ragam media. Walaupun sebuah isu yang diangkat sedang hangat-hangatnya dan sudah jadi 'rahasia umum', sebaiknya tetap mencantumkan sumber data (media). Ini untuk memastikan waktu dan peristiwa yang sedang dibahas pada Opini tersebut. Banyak hal pada dalam politik sering kali cepat berubah (sangat dinamis). Seorang tokoh politik kemarin menolak dan menghujat tokoh politik lainnya, tapi hari ini mereka sudah baikan, mendukung serta memuji tokoh tersebut. Kondisi itu seperti sesama anak kecil yang berantem dalam satu permainan. Heu heu heu! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun