Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Pemilihan Kompasianer yang Tidak Boleh Dijadikan Panutan

14 November 2021   19:41 Diperbarui: 14 November 2021   19:49 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendapatkan labeling "tidak boleh dijadikan panutan" di tengah gempita pembagian awards terbaik merupakan hukuman sosial yang prestisius. (Peb)

Ajang pemilihan orang-orang terbaik di Kompasiana sudah memasuki studio 2. Kepada para Kompasianer yang sudah memiliki karcis terbaik, dipersilahkan memasuki ruangan Kompasianival.

Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak mendapatkan karcis terbaik? Apakah disuruh pulang saja? Boleh saja. Tapi tunggu mereka habiskan dulu popcorn, kentang goreng dan minuman soda di lobby luar studio.

Bagaimanapun juga mereka sudah berkontribusi meramaikan ruangan loby sehingga terlihat meriah. Mereka berkeliling ruangan melihat dan mengomentari poster-poster yang ditempel di dinding. Sesekali duduk santai sambil ngemil dan bicara tentang banyak hal, yang seringkali bikin riuh ruangan. 

Kompasianival merupakan pemilihan orang-orang terbaik. Mereka punya banyak karya terbaik. Orang dan karya jadi satu paket pemilihan "terbaik". Mereka orang yang layak dijadikan panutan.

Diajang pemilihan "terbaik" itu, tidak ada pemilihan yang terburuk. Kalaupun ada orang dan karya terburuk, demi langit dan bumi tetap berputar, tidak secara khusus dilakukan pemilihan.

Namun begitu,  "orang dan karya terburuk" di Kompasiana tak bisa dinafikan. Mereka--suka atau tidak suka--merupakan sebuah realitas Kompasiana itu sendiri. Kalau pun tidak dipilih khusus sebagai orang yang "terburuk", mereka tidak boleh dijadikan panutan.  

Berikan saja label atau stigma "tidak boleh dijadikan panutan". Dengan begitu, publik Kompasiana bisa melangkah maju. Bisa menciptakan banyak "terbaik" dari orang-orang terbaik dan pantas dijadikan panutan.

Realitas "orang dan karya yang tidak boleh dijadikan panutan" bisa dijadikan benchmark menarik garis tegas bagi Kompasiana dalam membangun citra diri sebagai kumpulan "Opini Bermakna" dan "sumber voice, bukan penghasil noice".

Masa ingkubasi Kompasiana Awards yang akan menuju klimaksnya di Kompasianival bisa memulai memilih dan mensosialisasikan adanya orang dan karya yang tidak boleh dijadikan panutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun