Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Jangan Hapus K-Rewards Kusayang, K-Rewards yang Malang

3 November 2021   09:39 Diperbarui: 3 November 2021   09:45 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; kompasiana.com

Walau matahari terbit dari Utara, tak akan sirna Kompasiana ditelan sangkarut polemik K.Rewards. (AlPepeb, 2021)

Iih, ngeri kalipun pembuka artikel ini! Heu heu heu...

Saya sudah membaca sejumlah tulisan--artikel maupun komentar--terkait pengumuman K.Rewards bulan September, yang memunculkan polemik di Kompasiana. Ada kekagetan yang bikin saya terkejut, dan keterkejutan yang bikin saya kaget. Untungnya, saya tidak sampai terbelalak.

Ternyata ada skandal dalam K.Rewards periode bulan September yang berimplikasi pada banyak hal, misalnya ; kerasnya kritik terhadap sistem keamanan program k-Rewards, sistem penilaian, sistem punishment terhadap pelaku kecurangan, sampai pada protes atas hilangnya potensi K.Rewards sejumlah Kompasianer. 

Dalam tulisan terdahulu berjudul "Rindu Konflik antar Kompasianer di Kompasiana" saya menuliskan rindu ribut-ribut di Kompasiana. Hahahaha! Ampun dijee...! Itu bukan berarti saya "senang melihat orang lain susah, dan jadi susah melihat orang lain senang". Bakal calon admin yang baik tentu tak tega melakukannya.

Keributan di Kompasiana itu bikin asyik, karena saya yang sering defisit gagasan menulis, bahkan nyaris fakir ide bisa menjadikan suatu keributan sebagai bahan tulisan di Kompasiana. Lumayanlah, bisa nambah UV untuk K.Rewards.

Saya ingat dua buah pepatah bijak si Bijak, seorang tokoh bijak bernama Alpepeb. Katanya ; "Keruh sama-sama dipancing, tak keruh sama-sama dikeruhkan". Satu lagi ; "Tuntutlah air keruh sampai ke negeri China". Dua pepatah bijak itu diciptakan dengan mantera ajian saratjiwa, dan sesaji pasak bumi.

Bayangkan bila tak seorangpun mampu melakukannya, maka air keruh itu dianggap makin tak berguna. 

Lalu siapa yang bisa memanfaatkan air keruh? Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Mancing pantang cari enaknya saja. Jangan hanya mau di air bening. Air keruh juga butuh sentuhan pemancing supaya berguna, adil dan terbentuk sustainibilitas dari sustainability yang nganu, dan anu yang sustainable. Betul? #eeh...

Kembali ke Laptop. Tulisan ini bukan secara khusus tentang polemik K-Kewards, melainkan sebuah turunan kesekian dari polemik tersebut, berupa sebuah sudut pandang terhadap fenomena protes Kompasianer kepada admin Kompasiana terkait K-Rewards. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun