Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengapa Penulis Kompasiana Sudah Pamit Aktif Lagi?

10 September 2021   03:05 Diperbarui: 10 September 2021   03:19 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar;  intisari-Grid.Id

"Jadi penulis di Kompasiana selain melakoni aktivitas menulis, juga harus bisa bermain drama tunggal". 

(Pebrianov, kompasiana2021)


Tulisan ini bukan sebuah aksi glorifikasi usai menjalani penderitaan tidak bisa tidur malam. Tiba-tiba saja ide tulisan muncul, dan sangat disayangkan kalau tidak segera dieksekusi--apapun kondisinya saat itu. 

Sesuai azas teori "kimia organik menulis" bahwa orang yang menyia-nyiakan ide menulis maka dapat dikategorikan penzolim atau pembunuh gagasannya sendiri. 

Hukum terberat yang harus ditanggungnya adalah "Kehilangan hak mendapatkan K.Rewards Kompasiana". Sedangkan hukuman paling ringan adalah dilarang tidak menyesali perbuatannya tersebut sebagai Penulis. 

Ide tulisan ini bukan tanpa stimulan. Bukan pula bermaksud menciderai perasaaan para penulis "come back" yang mungkin sudah melakukan perjuangan diri untuk tidak kembali menulis di Kompasiana.

Sejak awal bertemu blog Kompasiana dan kemudian aktif di dalamnya, saya sudah beberapa kali menemukan tulisan serius yang isinya pamit dari Kompasianer. Tentu saja hal itu tidak dilarang oleh siapa pun! 

Admin yang menjadi duta besar dan berkuasa penuh atas terselenggaranya republik Kompasiana juga tak punya kekuatan manahan Kompasianer yang secara resmi menyatakan diri pamit dari Kompasiana.

Padahal di sisi lain, admin punya kekuatan tak terbatas untuk "mem-persona non grata-kan" alias "mengusir dengan tidak hormat" terhadap Kompasianer yang melakukan pelanggaran berat di wilayah Kompasiana.

Pamit secara resmi dari Kompasiana seperti permainan hantu Jelangkung ; "Datang tak diundang, pergi tak diantar". 

Mungkin karena hal tersebut sehingga para admin kehilangan kekuasaannya, atau justru....#aaah sudahlah...

Penulis Kompasiana yang pernah menyatakan pamit secara resmi dan terbuka dapat dibagi atas dua kategori, yakni pertama, penulis yang memang tidak pernah kembali menulis di Kompasiana. Sedangkan kategori kedua adalah penulis yang kembali menulis di Kompasiana.

Penulis yang tidak pernah menyatakan diri pamit, dan tidak pernah lagi menulis di Kompasiana, tidak termasuk kategori dalam pembahasan di tulisan ini.

sumber gambar : merdek.com
sumber gambar : merdek.com

Berkaitan dengan penulis yang pernah pamit secara resmi kemudian kembali menulis di Kompasiana, ketika gagasan awal tulisan ini dimulai dengan pertanyaan 'mengapa', secara otomatis diikuti beberapa turunan.

Apakah si Penulis kangen Kompasiana? Kalau 'kangen" dianggap sebatas 'hanya', mengapa harus mengorbankan komitmen diri yang sudah dinyatakan secara terbuka? Apakah kekuatan besar kangen Kompasiana membutakan diri sehingga secara sadar melanggar komitmen diri?

Apakah setelah beberapa waktu menjalani rutinitasnya di luar Kompasiana, Si Penulis tiba-tiba mendapatkan tuntutan atau paksaan pihak tertentu agar kembali menulis di Kompasiana?

Apakah Si Penulis ketika menjalani rutinitas di luar Kompasiana mengalami siksaan kesepian yang sangat besar, sehingga mau kembali menulis di Kompasiana dianggap lebih ramai walau pernah merasa disakiti Kompasiana?

Apakah Kompasiana memiliki daya candu yang besar, sementara Si Penulis imannya tipis sehingga jadi goyah dan kalah, kemudian terjerumus kembali berasyik masyuk berkompasiana?

Apakah Kompasiana dihuni mahluk penggoda yang memiliki daya magis yang kuat, sementara si Penulis tertentu tak punya jimat penangkal,  sehingga kalah dalam pertarungan, kemudian si penulis  jadi budak mahluk magis tersebut?

Apakah anda kesal pada diri sendiri setelah membaca artikel ini kemudian menyesal, padahal anda berharap banyak mendapatkan temuan gagasan baru?

Tulisan ini nampaknya sudah cukup panjang pada bagian pembukaan tema "Kompasianer  pamit yang balik menulis". Ini sebuah artikel yang tergolong sensitif.  

Untuk sementara saya pamit dulu, tapi bukan pamit dari Kompasiana, melainkan mau tidur karena sudah ngantuk. Besok saya lanjutkan pembahasan tema ini lebih mendalam, dengan catatan tidak janji. 

Semoga artikel ini dapat dijadikan inspirasi.

---

peb10092021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun