Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mohon Jangan Lagi Merisak Admin Kompasiana

29 Juli 2021   23:08 Diperbarui: 29 Juli 2021   23:44 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cukup sudah derita admin. Janganlah ada yang menambah lagi..."

(I Ketut Suweca, sumber ) 

Pembuka artikel ini saya ambil dari komen Kompasianer I Ketut Suweca pada artikel Felix Tani ; " Inilah Derita Admin Kompasiana".

Dalam artikel Felix Tani itu penderitaan admin sangat gamblang dipaparkan. Dari sekian banyak komen di artikel itu, komen pak Ketut Suweca yang paling menggugah rasa kemanusiaan dan menyentuh jiwa. 

Soal penderitaan, sebenarnya sebuah rahasia besar yang disimpan rapat-rapat oleh para admin agar para penulis Kompasiana bisa menulis secara tenang, dan suka cita penuh pesona. 

Selain itu, pengabdian, dedikasi dan loyalitas admin yang tinggi di Kompasiana menjadikan mereka menerima semua penderitaan  itu dengan penuh tawakal dan ketabahan. 

Sikap para admin ini perlu diapresiasi. Bandingkan dengan begitu banyak Kompasianer yang cengeng dan lebay. 

Kompasianer yang tulisannya diberi peringatan, penayangan ditunda bahkan dihapus lalu marah-marah berguling-guling di ubin/lantai. Padahal admin sendiri kalau berguling-guling di ubin tak pernah sambil marah-marah.

Kompasianer yang tidak dapat K.Rewards lalu protes berjilid-jilid. Padahal para admin sendiri tidak pernah mendapatkan K.Rewards yang ada di depan matanya. Mereka tidak protes sedikit pun!

Kompasianer yang tidak dapat label 'Headline', Pilihan' 'Terpopuler', dan 'Nilai Tertinggi' meweknya berhari-hari seperti diputusin pacar. Padahal admin yang pegang tombol label hampir tak pernah mendapatkan label itu. Mereka sama sekali tak pernah mewek!

Bayangkan saja kalau para admin bersikap dan bertindak emosional, lebay, cengeng, bermulut ember dan berjari nackall, mereka lalu bikin banyak artikel  penderitaannya di Kompasiana. Dan dengan kekuasaannya artikel-artikel itu diberi label Headline, dimasukkan halaman 'Terpopuler' dan 'Nilai Tertinggi'.

"Wahai Kompasianer Bu Diman, kalo sampai kejadian, mau loe pade?"

Hampir dipastikan emosi Kompasianer akan membuncah. Sebagian akan marah-marah lalu tutup akun, tau mogok menulis bertahun-tahun, tapi diluar tetap mengaku sebagai Kompasianer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun