Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pembelajaran Sosial Perempuan Memaki Polisi Bertugas

18 Mei 2021   12:13 Diperbarui: 18 Mei 2021   18:11 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; merdeka.com

Saat ini sedang viral berita perempuan memaki polisi yang bertugas di jalan dalam rangka pencegahan mudik. Ini fenomena menarik karena kejadian tersebut seperti "barang baru" ditengah masyarakat. Kenapa?

Bila dilihat ke belakang, sosialisasi pelarangan mudik libur lebaran sudah dilakukan pemerintah jauh-jauh hari. Berbagai media sudah memberitakannya, baik itu media mainstream maupun media sosial.

Namun tetap saja ada masyarakat yang "membandel" . Mereka "coba-coba" menerobos larangan tersebut, baik secara sembunyi-sembunyi lewat jalan tikus, maupun terbuka di jalan utama. Latar belakang "bandel" tersebut tentu akan banyak bila diuraikan satu persatu. 

Sebenarnya diberbagai daerah banyak kejadian "membandel" atau "penolakan" masyarakat yang ingin mudik libur lebaran tapi dicegah polisi di perjalanan yang tidak sempat terekspos. Pelakunya dari segala usia, baik laki maupun perempuan. Tapi yang kini sedang "diviralkan" pelakunya adalah perempuan. Mengapa?

Secara kebetulan atau tidak, ekspresi perempuan yang marah-marah menjadi "menarik" untuk dijadikan tontonan, apalagi bila sudah mengeluarkan kata-kata makian yang "out of control". 

Faktor makian "out of control" sebenarnya bisa dilakukan semua orang, baik laki maupun perempuan. Tapi mungkin perempuan lebih ekpresif dalam menuangkannya. Banyak "lampiran" keluar dari bibirnya. Sangat tak terduga. Terpampang, yang bisa jadi berbanding terbalik dengan sosok  "cantik" perempuan tersebut.

sumber gambar ; tribunnews.com
sumber gambar ; tribunnews.com

Saat ini isu perempuan menempati posisi penting dan sensitif dalam masyarakat kita, bahkan global. Mulai dari perannya dalam relasi dengan laki-laki, pendidikan keluarga dan masyarakat, eksistensi dalam pekerjaan atau aktivitas luar domestik (domestifikasi), dan lain sebagainya.  Isu perempuan menjadi sebuah transformasi perjuangan tersendiri dalam ranah gender, yang selalu hidup dalam dinamika masyarakat. Segregasi Gender dalam modernitas atau kehidupan modern mengalami "koreksi" secara terus menerus.

Karena itu,  isu perempuan terus hidup. Ketika ada kejadian "penolakan mudik dan wisata" yang terjadi di jalanan, maka hal itu sangat sexy dijadikan pemberitaan media. 

Interpretasi pemberitaan memiliki implikasi yang beragam. Bisa berupa "pembelajaran" kepada masyarakat luas soal konsekuensi menentang petugas resmi, bisa berupa eksploitasi perempuan dalam mendapatkan rating berita, bisa juga berupa kemampuan"kesetaraan gender" dalam berlaku di tengah tekanan aparat, dan lain sebagainya. Heu  heu heu heu...

Inti dari semua itu adalah sebuah narasi, yakni "Kehadiran Perempuan" di semua lini persoalan sosial, yang tak sepenuhnya milik kaum lelaki.

Narasi persoalan sosial bersifat kompleks. Tak semua persoalan bernuansa positif  dijadikan sebagai pembelajaran. Nuansa negatif pun merupakan "ladang pembelajaran paling makyos", terutama di tengah masyarakat yang plural dan demoktratis,  dimana posisi masyarakat relatif seimbang dengan pemerintahnya.

sumber gambar : kompas.com
sumber gambar : kompas.com
Dalam hal pembelajaran masyarakat dari fenomena "Perempuan Memaki Polisi", pihak kepolisian memiliki taktik yang unik, dan bahkan bisa dibilang jitu, yakni menggunakan konteks isu perempuan. Sementara interpretasi dan implikasinya diserahkan pada masyarakat.

Pihak kepolisian awalnya "membiarkan" perempuan itu "mengekspresikan kemarahannya". Direkam pakai video kemudian terjadi Viral, entah disengaja atau "tidak disengaja" di tengah masyarakat luas. Baru setelah viral, polisi melakukan tindakan dengan mendatangi kediaman si Perempuan itu untuk diproses hukum "melawan petugas negara yang sedang bertugas secara resmi" . 

Kalau pun berakhir tanpa tuntutan pidana, melainkan dengan minta maaf secara resmi dan terbuka di depan kamera video dan foto yang diviralkan, maka semua pesan dan pembelajaran dari kepolisian kepada masyarakat sudah tersampaikan. So sweet, beibs...

Masyarakat luas akan melihat kronologikal semua itu. Diharapkan, mereka menjadi tahu dan mengerti, serta akan berfikir ulang bila melakukan perlawanan langsung kepada petugas yang sedang melakukan tugas resmi. Dalam konteks itu, petugas merupakan representasi negara, dan representasi undang-undang.

Melawan petugas resmi adalah melawan undang-undang. 

Pada peristiwa pembelajaran itu, perempuan dijadikan "peran utama"  atau magnet kuat bagi banyak mata, hati (perasaan), dan otak atau pikiran masyarakat luas. Kita jangan malu mengucapkan "Terimakasih" kepada perempuan pemaki polisi.

Aku sih rapopo...

----

peb18052021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun