Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ruang yang Diukir Air Mata

17 November 2019   02:18 Diperbarui: 17 November 2019   02:44 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : wallup.net

waktu tak pernah lupa membawa peristiwa
bersama ciptakan ruang
lalu mereka pahat dan ditempelkan airmata
sebagai tanda tak lekang

ruang setia pada batas
disepanjang defenisi dimensi
sekuat genggam imajinasi
membahu meramu titik tuntas

seringkali kesedihan bertanya
untuk apa mereka mencipta
kalau airmata dijadikan penggembira
pengolok-olok luka

sesekali kegembiraan bertanya
untuk apa mereka mencipta
kalau airmata hiasan berhala
membiaskan suka cita

pun masing-masing memiliki jeda
untuk sekejap saling bicara pada jiwa
walau keduanya bukan tanpa cela
namun tak seharusnya diukir airmata

----

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun