Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Berambut Sinyal

30 Oktober 2019   08:25 Diperbarui: 30 Oktober 2019   11:43 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : ourladyoflustandgrace.com

Perempuan itu selalu muncul di pagi dan malam hari berebutan dengan matahari dan bintang menerangi jalan. Rambutnya lurus dipenuhi sinyal dan bara.

Hampir pasti dia pemenangnya.

Setiap jengkal dilalui bertaburan luruhan sinyal sehingga setiap orang memandang jelas. Lalu mereka nyaring bicara tentang spektrum hiruk-pikuk. dan saling menelanjangi.

Sementara perempuan itu terus berjalan berteteskan air mata dari luka yang tak terlihat, kecuali aku.

Aku telah berkawan matahari dan bintang sebelum jalan dibangun takdir. Mereka tunjukkan satu goresan luka batin  perempuan berambut sinyal itu. Aku fasih mengeja. Masuk ke dalam jiwa perihnya karena aku pun memelihara luka dibalik ruas dan lipatan.

Setiap hari orang-orang di kampung bertanya-tanya tentang sinyal di rambut perempuan itu. Mereka ingin memiliki, membeli berapa pun harganya.

Aku selalu diam. Tak sedikitpun bicara pada kerumunan. Walau di sana kumpulan orang terhormat sampai di liang kubur. 

Kupikir, tak ada yang perlu disampaikan pada orang yang selalu lupa bentuk tubuhnya sendiri.

---

Peb29/10/2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun