Perempuan itu selalu muncul di pagi dan malam hari berebutan dengan matahari dan bintang menerangi jalan. Rambutnya lurus dipenuhi sinyal dan bara.
Hampir pasti dia pemenangnya.
Setiap jengkal dilalui bertaburan luruhan sinyal sehingga setiap orang memandang jelas. Lalu mereka nyaring bicara tentang spektrum hiruk-pikuk. dan saling menelanjangi.
Sementara perempuan itu terus berjalan berteteskan air mata dari luka yang tak terlihat, kecuali aku.
Aku telah berkawan matahari dan bintang sebelum jalan dibangun takdir. Mereka tunjukkan satu goresan luka batin  perempuan berambut sinyal itu. Aku fasih mengeja. Masuk ke dalam jiwa perihnya karena aku pun memelihara luka dibalik ruas dan lipatan.
Setiap hari orang-orang di kampung bertanya-tanya tentang sinyal di rambut perempuan itu. Mereka ingin memiliki, membeli berapa pun harganya.
Aku selalu diam. Tak sedikitpun bicara pada kerumunan. Walau di sana kumpulan orang terhormat sampai di liang kubur.Â
Kupikir, tak ada yang perlu disampaikan pada orang yang selalu lupa bentuk tubuhnya sendiri.
---
Peb29/10/2019