Kompasianer Ninoy Karundeng yang biasa menulis di  kanal politik Kompasiana dapat musibah.  Dia kena persekusi saat meliput demonstrasi mahasiswa kemarin. Dia diangkut paksa oleh kelompok tak dikenal. Kemudian disiksa terkait kegiatannya dalam berbagai aktivitas kepenulisannya yang kritis.
Wajah Ninoy Karundeng babak belur. Selain disiksa secara fisik. Secara psikis  ia diintimidasi. Diancam. Bahkan dari rekaman video yang viral di media, dia hampir dibunuh. Namun masih beruntung, sang penculik masih kasihan dan memberikan kesempatan Ninoy untuk hidup dan "memperbaiki" diri.  Intinya, kelompok penculik itu inginkan Ninoy tidak menulis secara kritis.
Ninoy merupakan kompasianer yang TOP.  Tahun 2014 masuk nominasi penerima Kompasiana  Award pada Kompasianival 2014 di TMII. Pada tahun itu ramai Pilpres 2014, Ninoy gencar menulis di kanal politik. Belakangan ini Ninoy sudah jarang menulis di Kompasiana, namun ia tetap aktif menulis di beberapa platform blog dan media sosial terkait Pilpres 2019.
Para kompasianer  lawas tentu tak lupa dengan nama Ninoy. Tulisannya berani. Pembacanya banyak. bisa dilihat di akunnya di sini. Terakhir menulis di Kompasiana 8 bulan lalu.
Soal kompasianer didatangi dan diancam kelompok tertentu yang marah atas tulisan-tulisan politiknya bukan hanya terjadi pada Ninoy. Beberapa kawan yang aktif menulis di kanal politik pernah bercerita kepada saya.Â
Pun beberapa waktu lalu saat era kompasiana masih berslogan sharing and coinnecting dan dipimpin kang Pepih Nugraha, kompasiana pernah mendapat somasi pihak lain terkait konten tulisan para kompasianer.Â
Kang Pepih maju dan pasang badan menjelaskan kepada pihak tersebut karena sebagai penanggungjawab platform blog kita yang tercinta ini.
Menulis di kanal politik kompasiana memang rentan kena ancaman pihak lain yang terbakar jenggotnya karena tulisan yang keras, tajam dan kritis terhadap suatu isu hangat politik. Perlu nyali besar untuk konsisten di kanal politik ini.
Namun situasi rentan itu jangan menyurutkan semangat teman-teman Kompasianer untuk menulis kritis di Kompasiana. Menulis kritis bermanfaat membuka mata dan hati banyak orang tentang suatu fenomena terkait kepentingan rakyat.
Menulis politik perlu strateg agar aman. Baik dalam mengemas diksi tulisan, sudut pandang, referensi yang valid, dan lain-lain agar tulisan politik tidak terjebak kepada fitnah dan pencemaran nama baik  pihak lain yang sedang disorot publik. Argumentasi tulisan harus dibangun secara logis berdasarkan data-data valid dan memang sudah diketahui umum lewat berbagai media mainstream. Â
Hal yang berbahaya adalah bila sumber informasi/data didapatkan dari 'katanya", walau hal itu tergolong valid dan berasal dari orang dalam. Namun karena belum terekspos di media publik (karena bersifat top secret), bisa menyebabkan pihak yang terkait tulisan tidak terima. Mereka tersipu malu, kemudian marah...#eeh..!
Masih untung kalau ada tulisan 'hak jawab' dari pihak tersebut di media yang sama. Hal lain, penulis bisa saja diajukan ke ranah hukum, dan paling sial lagi bila sampai diculik dan disiksa.
Semoga saja tidak ada lagi kompasianer yang mengalaminya lagi.
salam
baca juga : Puan Maharani Ketua DPR RI, Bakal Muluskan Proyek Jokowi?
"Kamu buzzer ya?"
Iya.
"Kok mau, sih?"
Bukan soal mau atau tidak, tapi....Â
#Baca lagi : Hobi Menulis dan Menjadi Buzzer, Don't Worry be Happy
---Â