Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Ketika Survei Elektabilitas Menjadi Momok Capres dan Masyarakat

15 Maret 2019   06:56 Diperbarui: 15 Maret 2019   07:54 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan calon presiden dan wakil presiden 2019.(KOMPAS). Sumber gambar : kompas.com

Untuk menang, mereka harus mengubah situasi masyarakat, artinya mengubah beberapa variabel publik sehingga menjadi "mengambang' dan kemudian menjadi pemilih Prabowo-Sandi. Disinilah muncul titik kritis---yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia dimasa mendatang bila mereka menang atau pun kalah.

Secara teoritis, ketika hasil survei menunjukkan angka lebih kecil dari lawan politik, maka disitulah integritas demokrasi digoda politik setan. setan itu menawarkan kemenangan dengan cara-cara tidak etis dan melanggar hukum karena tidak ada lagi pilihan mengingat lawan politik sudah jauh keunggulannya di berbagai aspek. Rebut pemilihnya dengan cara apapun!

Secara garis besar, ada tiga cara, yakni cara yang etis, cara tidak etis dan cara gabungan etis dan tidak etis.

Cara etis yakni dengan berbagai program baru yang sangat luar biasa sehingga sebagian besar masyarakat pemilih "yang sudah memilih dan yang berpotensi memilih" Jokowi-Ma'ruf Amin dari surveri elektabilitas untuk berpaling  ke Prabowo-Sandi pada hari H pencoblosan.

Program itu mampu mengubah variabel publik. Program itu mengubah mindset publik secara total sehingga publik kagum dan menjadikan Prabowo-Sandi pilihan.

Bila cara etis dilakukan dan mereka menang, maka sebagian publik yang tidak memilih mereka tidak menyimpan dendam karena mereka memang layak dan pantas untuk menang. Tidak ada "kubu-kubuan" lagi di dalam bermasyarakat. Efeknya, kehidupan rakyat masa mendatang akan lebih baik dari segala dimensi.

Cara tidak etis misalnya melakukan fitnah secara membabi buta, teror, agitasi, dan ancaman. Selain itu juga membuat kerusuhan di berbagai wilayah Indonesia dengan tujuan mengacaukan variabel dan mendapatkan keuntungan dari perubahan variabel tersebut.

Bila cara tidak etis itu jadi pilihan, maka tercipta "kubu-kubuan permanen"dalam kehidupan masyarakat. Dendam politik dalam masyarakat tak akan berakhir walaupun Prabowo-Sandi memenangkan pilpres. Karena luka batin publik sulit sembuh akibat pilihan cara tidak etis dalam merebut kekuasaan. Semua itu akan jadi catatan sejarah kelam politik dan demokrasi di negeri ini.

Bila cara campuran etis dan tidak etis jadi pilihan, hasilnya relatif sama dengan cara tidak etis. Bagai bercinta namun "ada dusta di antara kita".

Pada dua cara tidak etis dan campuran, tantangan terberat justru ada pada masyarakat itu sendiri untuk bisa menolak atau tidak terhanyut terhadap berbagai aksi tidak etis para elemen politik setan.

Demi Indonesia lebih baik di masa mendatang, kita berharap setelah keluarnya survei elektabilitas yang kredibel dan sisa masa menjelang hari H pencoblosan tidak ada cara-cara tidak etis yang masif dari kubu Prabowo-Sandi. Kalau hal itu mereka lakukan, bukan tidak mungkin lambat laun negara ini akan bubar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun