Sebuah media mainstrean ternama memberitakan seekor ular Pyton sepanjang 4 meter ditangkap sejumlah warga kampung. Kampung jadi heboh. Ular jadi tontonan dan bahan pembicaraan layaknya gosip artis.Â
Saya telusuri rangkaian link berita perihal ular di media mainstream tersebut. Ada banyak kejadian dan pemberitaan dengan waktu kejadian terbaru sampai yang sudah lama berlalu. Untuk melengkapi "rasa penasaran" saya buka lagi beberapa media mainstream lain yang memberitakan tentang ular. Ternyata banyak!Â
Muatan berita umumnya tentang ular masuk kampung, ular masuk rumah warga, warga dipatok ular, dan ada juga yang tewas dimangsa ular.Â
Hal yang mengherankan adalah, pertama ; tempat kejadian di kampung/dusun yang sebelumnya tak banyak orang yang tahu. Bahkan nama kecamatannya pun baru dikenal saat itu. Lalu, bagaimana wartawan media itu bisa "meliput" berita tersebut? Kedua, kenapa "hanya" ular tertangkap warga "harus" masuk pemberitaan? Bukankah masih banyak kejadian besar yang bisa dijual. Ketiga, apa pengaruh pemberitaan kampung tersebut setelah masuk berita?
Pada Jaman Now, sumber awal data pemberitaan bisa didapatkan dengan mudah dan cepat karea ditunjang  kemajuan teknologi informasi. Dalam bentuk sederhana dari keberadaan perangkat gawai (smartphone) dan dunia medsos yang umumnya dimiliki oleh setiap orang, tak terkecuali yang tinggal di wilayah kampung di pedalaman dan "tidak dikenal". Dengan perangkat gawai tadi, sebuah peristiwa kampung direkam dalam bentuk video atau pun foto oleh warga sekitar kemudian disebarkan melalui akun medsosnya.
Niat awalnya mungkin sharing informasi secara terbatas kepada kerabat atau teman dekat. Namun kemudian dari temannya itu menyebar ke teman yang lain dan seterusnya. Dalam waktu singkat, jadilah viralitas regional tentang peristiwa ular tersebut.
Kejadian ular masuk kampung yang tadinya jadi pembicaraan hangat cuma di tingkat dusun dan sekitaranya kemudian berkembang ke desa, dan bahkan kabupaten. Kalau peristiwanya sangat unik, langka serta mengandung "Sensasi Berita" bisa berpotensi tersebar ke seluruh nusantara bahkan dunia. Misalnya pada kejadian ular Piton sepanjang 7 meter yang menelan Akbar, seorang petani perkebunan sawit di Desa Salubiro, Karossa, Mamuju Tengah, propinsi Sulawesi Barat pada bulan Maret2017 lalu. Peristiwa itu menjadi berita nasional, bahkan dunia!
Isu atau kabar yang semula dari dunia medsos kemudian "tercium" oleh pers lewat wartawan atau kontributornya. Mereka kemudian melakukan "operasi jurnalistik" ke lokasi kejadian. Beruntungnya, walau pun suatu kejadian itu mungkin sudah lewat beberapa jam atau hari, bahkan minggu namun jejak digital yang dimiliki warga setempat bisa dijadikan bagian data pemberitaan. Foto atau video perihal Ular  yang didapatkan dari warga sekitar menjadi "bukti" operasi jurnalistik. Maka kejadian "di kampuang nan jauh di mato itu" pun kemudian jadi milik penghuni seluruh planet sinyal, bukan lagi hanya terbatas pada kampung itu.Â
Binatang ular bagi banyak orang merupakan binatang yang ditakuti, biarpun bentuknya kecil tapi kehadirannya bisa bikin jantung copot dan trauma. Selain itu, ular "ada dimana saja". Ular dapat ditemukan di saluran air belakang rumah, di teras atau halaman rumah, bahkan dibawah meja makan anda! Hiiih!
Hal tersebut berbeda dengan binatang lain yang ditakuti seperti harimau, macan, beruang--yang hampir pasti berada hutan atau area luar berkarakter hutan-kebun-semak. Itulah mengapa, kejadian manusia bertemu ular lebih sering terjadi dan selalu menarik perhatian. Orang ingin tahu darimana ular itu muncul, apa yang dilakukannya, bagaimana bisa tertangkap, dan lain sebagainya.