Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kompasianival, Temu Darat Blogger Tanpa Sekat SARA

20 Oktober 2017   01:34 Diperbarui: 20 Oktober 2017   22:10 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doea Riboe Lima Ratoes peserta tercatat akan menghadiri Kompasianival2017. Jumlah itu kemungkinan akan bertambah saat hari H. Dari Toejoeh kali Kompasianival, tahun ini tercatat paling banyak peminat . Semoga saja acaranya nanri makin meriah--walau musim hujan "menghantui" perjalanan ke lokasi. Tak perlu risau, seperti kata bu guru "hujan bukan halangan pergi sekolah". Heu heu heu...

Sejak bergabung di Kompasiana pada bulan Pebruari 2014 saya sudah mengikuti pesta Kompasianival tiga kali, yakni tahun 2014,2015 dan 2016. Tahun 2014 adalah momen pertama mengikuti acara itu. Pada waktu itu umur akun saya belum 9 bulan 10 hari. Ibarat orang hamil, belum waktunya melahirkan secara normal. Tapi saya nekat lahir prematur demi melihat dunia pesta akbar para Kompasianer. 

Tentu saja waktu itu disertai rasa ragu (tepatnya agak minder dan takut). Minder karena saya orang baru di Kompasiana dan berasal dari kampung walau pernah relatif lama tinggal di Jakarta. Takut, karena saat itu saya banyak menulis soal politik khususnya Pilpres 2014, "entar kalo ketemu lawan politik acamane, om! bakal dibully dan berantem gak ya?" Kalau berantem saya punya jurus silat ampuh yakni jurus kaki seribu. Tapi kalau dibully? Bisa-bisa saya mati berdiri karena belum diajarkan suhu dunia nyata. Hahahaha!

Kompasianival Menghapus Sekat Maya Literasi Kompasiana

Tiga kali mengikuti Kompasianival memberi banyak kesan. Segala minder dan takut itu ternyata hanya hantu yang diciptakan sendiri. Nyatanya di tempat acara rasa minder hilang. Saya bertemu teman-teman yang terbuka dan penuh kehangatan. Bercanda dan berbagi cerita. Tidak ada saling berantem walau berbeda pandangan politik. Uniknya dalam pertemuan itu bisa saling mencandai masalah politik secara netral. Padahal beberapa orang Kompasianer baru pertama kali bertemu dan berkenalan secara nyata namun serasa sudah kenal lama. Masing-masing hapal dengan ciri khas yang dimilik dalam menulis.

Interaksi sesama Kompasianer di Kompasianival merupakan wujud nyata transformasi dunia maya ke dunia nyata. Dunia maya Kompasiana yang diwakili tulisan tak seluruhnya merupakan representasi pribadi seorang penulis dalam membangun pertemanan yang hangat dengan penulis lainnya. Artinya, ketika seorang Kompasianer dalam tulisan atau komennya tampak cadas, judes, penuh kritik pedas, dan kadangkala suka membully sehingga seolah akan terjadi perang atau dunia akan runtuh-- namun nyatanya saat bertemu sesama Kompasianer itu penuh persahabatan satu sama lain. Beradu argumen dan berkelahi di tulisan-tulisan pada Kanal Kompasiana setiap hari tak berarti berkelahi di dunia nyata. 

Dunia maya memang beda dengan dunia nyata. Kalau kita simak beragam berita dan tulisan di dunia maya timbul kesan hidup di negara ini seolah penuh perseteruan dan kebencian, saling curiga dan terselip dendam terhadap orang lain yang berseberangan pandangan dan pilihan politik, terhadap para Kompasianer yang tak sama celananya dengan kita anggap sebagai musuh. Melihat hal itu rasa-rasanya lebih baik pindah saja ke Planet Mars. Hahahaha ! Namun dunia maya itu hanyalah dunia maya. Karena dunia nyata menghadirkan hal sebaliknya yang tak sama dengan dunia maya. Ketika para kompasinera yang tadinya berbeda pandangan itu bertemu di moment pesta akbar Kompasianival maka semua ketakukatan, prasangka, dan benci hilang seketika. 

Ajang Kompasianival merupakan ruang yang tepat merajut kembali perpecahan yang terjadi oleh perbedaan gagasaan, pandangan dan pilihan politik dalam tulisan sesama Kompasianer selama setahun. Dunia nyata pertemuan para Kompasianer jauh lebih mampu menghadirkan cinta secara utuh, yakni sebuah relasi nyata tanpa interpretasi diksi, kata-kata, kalimat yang seringkali tanpa disadari menciptakan sekat-sekat. Pada ajang Kompasianival inilah tercipta ruang milik bersama secara nyata tanpa ada sekat-sekat bernuansa SARA atau apapun yang memisahkan kebersamaan tersebut.

Jangan lupa mandi, gosok gigi dan pakai celana sebelum datang ke Kompasianival. 

"Eeh...hal kayak gitu aja lu omongin!"

"Bukan begitu, juragan. Ini masalah aturan undang-undang, etika dan SOP. Jangan sampai para Admin Kompasiana tersipu mau!"

"Iyaa...para Kompasiner udah pasti tau. Lebay lu, aah!"

"Aiih..aiih, juragan.... biarpun udah tau belum tentu mereka ingat. Jangan sok tau lu!"

Harap tenang para pembaca. Jangan kuatir. Perbedaan padangan soal mandi dan celana itu akan hilang di acara Kompasianival, dan kelak berganti dengan gelak canda. Percayalah. Heu..heu..heu..

Selamat bersiap-siap menghadiri Kompasianival. 

---- 

Peb20/10/2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun