Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Otak dan Otot Tak Kompak, Jangan Salahkan Pahlawan Nasional

4 Agustus 2017   13:03 Diperbarui: 5 Agustus 2017   01:27 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; alicdn.com

Tadi pagi saya mengalami kejadian luar biasa-yang sebenarnya hal biasa. Usai ngeprint berkas laporan di rumah kemudian dengan gagah perkasa dan semangat perjuangan'45 saya berangkat ke tempat fotocopy dan penjilitan yang tak seberapa jauh dari rumah. Setelah parkir kendaraan, saya bawa tas ransel masuk ke dalam. Tapi ya ampun, begitu saya keluarkan berkas yang mau dicopy barulah tersadar saya masuknya ke warung makan padang, bukan tempat fotocopy! Pantas saja si abang tukang warung padang tadi menatap saya dengan penuh harap sembari pegang piring.

Dengan penuh kemaluan yang besar saya minta maaf dan permisi. Tempat fotocopy pun berada tak jauh, hanya seberang simpang jalan. Dan, tak perlulah saya jelaskan pembicaraan privat saya dengan si tukang warung itu. Itu rahasia kami berdua sampai akhir jaman walau ada beberapa saksi hidup di situ. Yang jelas kami tersenyum bersama-yang artinya kami bahagia.

Sunguh mengherankan juga, saat berangkat tadi yang ada di pikiran saya adalah tempat fotocopy. Dan nampaknya saat itu Otak dan Otot saya sedang tidak kompak ;  mikirnya ke tempat foto copy tapi beloknya ke warung padang. Kedua tempat itu memang letaknya tidak berjauhan, dan merupakan  langganan saya kalau sedang mau nganu. 

Kebetulan dinding depan tempat fotocopy dan warung padang langganan saya itu terbuat dari kaca tertutup (karena ruangnya ber-AC). Hanya bedanya,  warung padang pajangannya rendang, ikan gembung bakar, dll - bukan mesin fotocopy. Hahahaha! 

Haruskan saya menyalahkan kaca? Haruskan saya menyalahkan penemu kaca atau tukang kaca? Haruskah saya menyalahkan si penggagas dan pembangun jalan?  Lalu, haruskan saya menyalahkan pahlawan yang telah membuat kita merdeka sehingga kota bisa terbangun indah? Tentu saja tidak. Otak dan Otot yang sedang tidak kompak pun tidak saya salahkan.

Saya berpikir, bila menyalahkan semua itu hanya akan membuat kesalahan baru yang kiranya tak diperlukan bagi kesalahan diri sendiri. Toh kesalahan saya itu sudah diselesaikan secara bahagia bersama si tukang nasi padang tadi. 

Saya kira, sesekali setiap orang pernah mengalami situasi Otak dan Otot tidak kompak. Faktor penyebabnya banyak, dan yang bisa menjelaskannya adalah ahli psikologi atau dokter. Sedangkan kita yang mengalami tentunya harus menerimanya dengan penuh kegembiraan. Dengan begitu kita telah menjadi pahlawan bagi diri sendiri. Kalau bukan kita yang memulai gembira siapa lagi? Kalau bukan sekarang bergembira kapan lagi? Heu heu heu.... Merdeka! 

----- 

Peb, warung padang 04/8/2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun